Plt Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu(Antara)
KOMISI Pemberantasan Korupsi (KPK) mulai menelusuri dugaan mark up pada proyek kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh. Dugaan ini sebelumnya diungkapkan oleh mantan Menkopolhukam, Mahfud MD.
“Kami tidak menunggu, kami tentu mencari juga informasi,” kata pelaksana tugas (Plt) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Rabu (22/10).
Asep mengatakan, KPK memiliki sumber daya untuk mencari informasi, terkait dugaan rasuah. Tapi, KPK terbuka jika Mahfud mau memberikan data atas klaimnya di ruang publik.
“Silakan untuk disampaikan kepada kami untuk mempermudah dan mempercepat (pencarian informasi),” ucap Asep.
Menurutnya, pengumpulan informasi terkait dugaan rasuah ini menjadi langkah penting KPK. Meski begitu, Asep enggan merinci lebih jauh data yang tengah dikumpulkan.
“Kami (sedang) mengumpulkan informasi dan bukti-bukti terkait,” ujar Asep.
Sebelumnya, Mahfud MD melalui kanal YouTube Mahfud MD Official pada 14 Oktober 2025 mengungkapkan dugaan adanya penggelembungan anggaran atau mark up dalam proyek kereta cepat Whoosh.
"Menurut perhitungan pihak Indonesia, biaya per satu kilometer kereta Whoosh itu 52 juta dolar Amerika Serikat. Akan tetapi, di China sendiri, hitungannya 17-18 juta dolar AS. Naik tiga kali lipat," kata dia.
Mahfud mempertanyakan pihak yang bertanggung jawab atas lonjakan biaya tersebut. "Ini siapa yang menaikkan? Uangnya ke mana? Naik tiga kali lipat. 17 juta dolar AS ya, dolar Amerika nih, bukan rupiah, per kilometernya menjadi 52 juta dolar AS di Indonesia. Nah itu mark up.Harus diteliti siapa yang dulu melakukan ini." ujarnya. (Ant/P-4)


















































