Ketekunan Menabung Rp1.000 per Hari Membawa Pemungut Sampah Naik Haji

6 hours ago 6
Ketekunan Menabung Rp1.000 per Hari Membawa Pemungut Sampah Naik Haji Ilustrasi(MI/Akhmad Safuan)

PANGGILAN suci berhaji benar-benar dirasakan Legiman,66, dan istrinya Baniyah,66, warga Dusun Glagahombo, Kelurahan Ngampin, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, karena ketekunan menabung Rp1.000 per hari dari upah memungut sampah, kini menjadi salah satu pasangan calon jemaah haji yang akan berangkat.

Cuaca Kota Palagan Ambarawa, Kabupaten Semarang Selasa (29/4) cukup cerah dibandingkan hari-hari sebelumnya yang selalu diwarnai mendung dan hujan, jalan penghubung Semarang-Yogyakarta juga lebih ramai oleh kendaraan baik roda dua maupun empat yang melintas baik dari arah barat maupun timur.

Hari belum beranjak siang, di sebuah sudut dusun berada di bagian barat kota yakni di Dusun Glagahombo, Kelurahan Ngampin, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang sosok Legiman,66, menjadi sorotan dan bahan omongan, ada rasa kagum bahkan geleng kepala ketika mendengar cerita pemungut sampah yang saban hari keliling desa dengan seragam kuningnya.

Di usia yang tidak lagi muda, Legiman telah berangkat dari rumahnya tang sederhana di ujung dusun itu dengan mendorong gerobak menyusuri jalan desa, tanpa rasa sungkan tangannya mengayunkan sapu lidi yang diambil dari sisi gerobak dan membersihkan ceceran sampah di bak penampung sementara.

Ketekunan Legiman bekerja memungut sampah dari rumah ke rumah dan menabungkan hasil memungut sampah Rp1.000 per hari selama 39 tahun, telah membawanya menjadi calon jemaah haji yang akan berangkat ke tanah suci bersama istrinya Baniyah pada musim haji tahun ini.

"Alhamdulillah, tahun ini saya bersama istri mendapat panggilan suci dapat berangkat menjalankan ibadah haji," kata Legiman sambari  menyeka keringat dengan handuk kecilnya.

Berangkat haji ke tanah suci, ungkap Legiman, merupakan cita-cita sejak puluhan tahun lalu, meskipun kadang terasa tidak percaya, mengingat pekerjaan sebagai pemungut sampah dengan penghasilan yang pas-pasan setiap hari hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga terdiri dari istri dan tiga anak.

Sekitar tahun 1986  lalu, kenang Legiman, niat untuk dapat berangkat haji sangat kuat, maka berfikir biaya haji saat itu Rp25 juta per orang, maka diniati untuk menabung setiap hari, maka dengan ketekunan dan disiplin selalu disisihkan uang Rp1.000 per hari di kaleng tabungannya hingga tidak terasa kini tejah terkumpul jumlahnya mencukupi untuk menunaikan haji.

Jelang memasuki tahun 2012, menurut Legiman, ketika sedang bekerja memungut sampah sebagaimana biasanya tiba-tiba kedatangan tamu di rumahnya, hingga segera menyelesaikan pekerjaan dan pulang, ternyata tamu dari bank  tersebut memberikan kabar bahagia karena dari hasil menabung Rp1.000 per hari itu, dana telah terkumpul hingga dapat mendaftar haji.

Meskipun saat ini sudah persiapan untuk menjalankan rukun Islam ke lima bersama istri, namun Legiman mengaku tidak dapat lepas dari tanggungjawab memungut sampah. "Selama saya menunaikan ibadah haji, nanti pekerjaan saya memungut sampah sementara akan digantikan anak saya," imbuhnya.

Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Semarang Titik Halimah mengatakan bahwa Legiman dan istri  sebagai jemaah istimewa, karena merupakan satu di antara jemaah cadangan masuk porsi terkecil, sehingga berangkat haji setahun lebih cepat dari yang terjadwal seharusnya pada 2026.

“Dalam keterbatasan ekonomi, Legiman tetap sabar dan konsisten menyisihkan sebagian kecil dari upahnya memungut sampah dapat mencukupi untuk berangkat haji dan tahun ini telah mendapatkan panggilan bersama 30 ribu calon haji asal Jawa Tengah," ujar Titik Halimah.(H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |