
TRADISI kupatan dengan mengarak hewan ternak sapi keliling desa, masih menjadi kemeriahan khas yang dirawat oleh masyarakat lereng Merapi, khususnya di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Jawa Tengah, setiap sepekan usai Lebaran.
Para warga atau petani Desa Sruni menyebutnya sebagai bakdan sapi. Tradisi ini, mula pertama diadakan pada 1951, dan terus mengalir, dan menjadi kemeriahan budaya bagi segenap warga Mlambong, Desa Sruni, sebagaimana gelaran yang dilaksanakan pada Senin (7/4).
Sejak pagi, ratusan petani sudah mengeluarkan sapi dari kandangnya, dan kemudian memandikannya. Bahkan ada yang kemudian menyemprot piaraannya itu dengan minyak wangi, sebelum ramai-ramai diarak keliling dukuh atau kampung di kawasan Desa Sruni.
"Tradisi bakdan sapi ini ada sejak 1951, saat seorang ulama, bernama Kyai Anwar Siroj, menyebarkan ajaran Islam di Mlambong. Salah satu yang diajarkan, adalah bagaimana warga mengucap rasa syukur atas nikmat kehidupan yang diberikan Tuhan. Cara yang mudah adalah membersihkan dan menggembalakan sapi yang memberdayakan ekonomi warga. Jadilah tradisi khas bakdan sapi," kata tokoh lokal Sruni, Jaman di sela-sela tradisi mengarak sapi keliling kampung.
Sesuai namanya, bakdan sapi, maka ratusan sapi milik warga sejak pagi buta dipersiapkan untuk diarak. Namun sebelum diarak, ratusan warga menggelar kenduri ketupat dan doa di jalan desa. Baru kemudian diberangkatkan keliling kampung, diantar seluruh warga desa ramai-ramai.
"Ya, tradisi bakdan sapi ini sebagai mencari simbol kemakmuran dan bentuk rasa syukur atas kesehatan serta kelangsungan rezeki para peternak Mlambong," timpal Mbakyu Tinah, yang larut bersama para tetangga, baik dewasa, anak anak dan orang tua dalam prosesi arak- arakan ratusan sapi.
Bupati Boyolali Agus Irawan menyampaikan apresiasinya atas pelestarian budaya lokal Mlambong. "Ini tradisi yang menarik dan berdaya ekonomi tinggi. Saya tadi sempat ngobrol sama tokoh desa, ternyata setiap bakdan sapi, banyak pelancong datang, ikut berbaur, menikmati kenduri ketupat opor sambel goreng, dan ikut keliling kemeriahan arak-arakan sapi," kata dia.
Karena itu, bupati milenial hasil Pilkada 2024 ini, telah menginstruksikan kepada Kepala Dinas Pariwisata Boyolali, untuk mulai menganggarkan dana bagi kelangsungan tradisi bakdan sapi tahun depan, sekaligus mengemasnya sebagai program pariwisata budaya.
"Ya agar dialokasikan anggaran untuk tahun depan. Selain mengembangkan program pariwisata budaya, juga bertujuan mengembangkan sektor perternakan dan pertanian di kawaan lereng Merapi ini," imbuh mantan ASN Pemkot Solo ini
Dalam prosesi budaya bakdan sapi, ternyata tidak hanya sapi yang diarak. Ada yang membawa kambing untuk diarak . Seorang warga bernama Widodo mengeluarkan kambingnya untuk ikut larut dalam kemeriahan bakdan sapi .
"Ya bagi saya dan teman-teman ini juga bermakna pembersihan dan tolak bala bagi hewan-hewan ternak di sini, sehingga roda perekonmian warga tambah lancar,” ulas Widodo. (E-2)