
DOKTER spesialis Kejiwaan Tiur Sihombing memaparkan alzheimer atau demensia terjadi pada orang tua tidak langsung memunculkan semua gejala, namun bertahap. Demensia merupakan gangguan otak pada lansia yang bisa mempengaruhi berbagai fungsi kognitifnya seperti ingatan, cara berpikir, kemampuan membuat keputusan, kesulitan mengingat, kesulitan memahami bahasa, kesulitan menyelesaikan tugas yang kompleks, adanya perubahan perilaku dan suasana hati, dan adanya masalah kemampuan fisik.
"Sifatnya progresif jadi seperti anak yang makin lama makin bisa memburuk seiring dengan berjalannya waktu dan kejadian dimensi ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari secara signifikan," kata Tiur dalam Peringatan HLUN 2025, Kemarin (27/5).
Angka dimensi yang terjadi pada 1 dari 100 orang di usia 65 tahun, 1 dari 25 orang di usia 70an tahun, dan 1 dari 2 orang di usia lebih dari 85 tahun.
"Kalau seorang lansia dilakukan CT Scan atau MRI akan terjadi gambaran berupa pengecilan atau pengerutan otak. Pengerutan otak pada lansia adalah suatu proses degeneratif yakni laju pengurutan otak pada manusia normal terjadi 0,5% per tahun pada lansia sedangkan badan 2,5% per tahun," ungkapnya.
Gejala demensia terkait fungsi mental,ujar dia, antara lain gangguan pada daya ingat dan kemampuan belajar yang menurun, gangguan pada komunikasi dan berbahasa, gangguan pada kalkulasi atau berhitung, ada yang gangguan pada konsentrasi atensi dan orientasi, dan juga gangguan pada penalaran serta pengambilan keputusan. Sementara itu, ada tahapan demensia harus dikenali oleh masyarakat. Sebab, sambungnya, ciri-ciri demensia memiliki tahapan yang terus berkembang.
"Tahapan demensia yang seperti saya katakan itu seperti anak tangga jadi bertahap. Pada tahap awal yang terjadi pada 1 sampai 6 tahun pertama biasanya ditandai dengan mudah lupa, kesulitan mencari kata, kesulitan mengatur keuangan, perubahan mood, dan kepribadian, dan ada yang sudah mulai keluar rumah hingga tersesat karena tidak tahu jalan pulang," ujar Tiur.
Tahap menengah, kata dia, biasanya pada sekitar 3 sampai 9 tahun dari gejala awal. Pasien yang mengalami dimensia, sudah semakin mudah lupa dan bingung, kesulitan mengenali keluarga dan teman, bicaranya diulang-ulang, kesulitan melakukan tugas bertahap, kurang memperhatikan perawatan diri dan penampilan.
Tahap ketiga, ujar Tiur, ialah apabila sudah lebih dari 10 tahun dan tidak terdeteksi, seorang lansia yang dimensia maka akan sulit berkomunikasi, tidak mampu mengenali keluarga dan dirinya sendiri, dan perlu bantuan dan perawatan yang harus dibantu oleh orang lain.
"Semakin cepat dideteksi semakin cepat penanganan itu akan semakin baik untuk kedepannya karena dimensi ini tidak bisa sembuh jadi kita hanya mempertahankan supaya tidak menjadi kondisinya menjadi semakin buruk," pungkasnya. (H-4)