
PT TBS Energi Utama memperkuat komitmennya dalam bertransformasi menjadi perusahaan berbasis keberlanjutan dengan sejumlah langkah strategis. Salah satunya adalah dengan merampungkan divestasi seluruh kepemilikannya di PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) sebuah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara, serta menyelesaikan akuisisi Sembcorp Environment Pte Ltd (SembEnviro), perusahaan pengelolaan limbah asal Singapura.
Langkah divestasi itu tidak hanya mengurangi keterlibatan TBS dalam sektor energi fosil tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap target dekarbonisasi perusahaan.
"Keputusan ini akan memangkas lebih dari 750 ribu ton emisi CO₂ per tahun, atau lebih dari 45% total emisi karbon kami pada 2024," ujar Presiden Direktur TBS Dicky Yordan, Selasa (18/3).
Akuisisi SembEnviro juga kian memperkuat posisi TBS dalam industri ekonomi sirkular dan pengelolaan limbah di Asia Tenggara. Akuisisi tersebut melengkapi ekspansi TBS sebelumnya di sektor lingkungan, setelah mengakuisisi Asia Medical Enviro Services Pte. Ltd. (AMES) di Singapura dan ARAH Environmental Group di Indonesia pada 2023. Dicky mengatakan langkah itu merupakan bagian dari visi transformasi hijau jangka panjang perusahaan.
"Kami percaya bahwa masa depan bisnis harus selaras dengan upaya dekarbonisasi dan praktik berkelanjutan. Dua aksi korporasi ini semakin mendekatkan kami pada visi tersebut," terangnya.
Strategi itu juga diharapkan meningkatkan daya tarik TBS di mata investor yang berfokus pada Environmental, Social, and Governance (ESG), sekaligus memperkuat daya saing perusahaan dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin berorientasi pada keberlanjutan.
Dengan visi TBS 2030, perusahaan menargetkan netralitas karbon pada 2030, sejalan dengan target Net Zero Carbon Indonesia 2060. Langkah ini menegaskan peran TBS dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.(E-3)