loading...
Presiden AS Donald Trump dan PM Israel Benjamin Netanyahu dituding telah berkomplot mendukung kudeta di Iran. Foto/Iran International
TEHERAN - Seorang jenderal senior Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengungkap bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah berkomplot mendukung kudeta di negara Islam tersebut. Menurutnya, rencana rumit untuk kudeta telah disusun selama perang Juni lalu.
“Pada 14 Juni, sebuah pertemuan diadakan di salah satu negara Eropa—saya tidak akan menyebutkannya. Pertemuan itu berlangsung selama 12 jam. Semua elemen anti-revolusioner, agen-agen dinas Amerika dan Israel, dan para pemimpin oposisi—termasuk separatis, pendukung monarki, dan bahkan pemimpin ISIS—hadir,” kata Mayor Jenderal Ebrahim Jabari, penasihat Panglima Tertinggi IRGC, dalam sebuah konferensi di Teheran, seperti dikutip dari Iran International, Kamis (11/12/2025).
“Di bawah arahan Trump dan Netanyahu, mereka merencanakan bahwa jika serangan dimulai, elemen-elemen ini akan memasuki negara kita dari berbagai titik di sepanjang perbatasan,” imbuh dia, seraya mengatakan bahwa pertemuan tersebut bertujuan untuk membentuk “pemerintahan dalam pengasingan".
Baca Juga: Tandingi Iran, AS dan Israel Latihan Perang Gabungan di Timur Tengah
Washington telah mengadakan lima putaran negosiasi dengan Teheran mengenai program nuklir Iran yang kontroversial awal tahun ini, di mana Presiden Donald Trump menetapkan ultimatum 60 hari.
Ketika kesepakatan tidak tercapai hingga hari ke-61, Israel melancarkan serangan militer mendadak pada 13 Juni, diikuti oleh serangan AS pada 22 Juni yang menargetkan fasilitas nuklir utama di Isfahan, Natanz, dan Fordow.
Para Pendukung Monarki Ditangkap
Jabari merujuk pada kasus pembelotan militer dan mengatakan bahwa mereka yang terlibat dalam “menjalankan dan mengoperasikan” rencana kudeta tersebut telah ditahan.
“Intelijen Iran menangkap sekitar 123 pemimpin kelompok monarkis yang disebut ‘Garda Javidan’ (Pengawal Abadi). Pihak berwenang juga menahan para pemimpin yang telah memeluk agama Kristen yang sebelumnya direkrut oleh dinas luar negeri,” kata Jabari.
Garda Javidan adalah salah satu unit militer paling elite dari dinasti Pahlavi yang digulingkan, yang bertanggung jawab untuk melindungi Shah, keluarga kerajaan, dan istana-istana utama, khususnya kompleks Istana Niavaran.


















































