James F Sundah Rilis Seribu Tahun Cahaya dalam Tiga Bahasa

4 hours ago 2
James F Sundah Rilis Seribu Tahun Cahaya dalam Tiga Bahasa Ilustrasi(Dok ist)

KOMPONIS, penulis lagu, dan produser legendaris Indonesia James F Sundah, yang dikenal melalui karya ikonik Lilin-Lilin Kecil yang dinyanyikan Chrisye (1977), akhirnya merilis karya baru dan istimewa berjudul Seribu Tahun Cahaya. Karya barunya ini dirilis serentak dalam tiga bahasa (Indonesia, Inggris, Jepang) dari tiga benua (Asia, Amerika dan Eropa).

James mengatakan lagu baru bergenre pop/EDM ini bukan hanya eksperimen musikal, tetapi juga persembahan pribadi untuk sang istri, Lia Sundah Suntoso, yang menjadi inspirasi utama lahirnya lagu ini.

“Lagu ini sebenarnya buat istri saya sejak dua dekade lalu, tapi selalu tertunda. Setelah melewati masa kritis karena kanker, istri dan anak saya merawat saya dengan penuh kesabaran. Sebagai ungkapan syukur, saya merasa harus segera merilis lagu ini,” ujar James dengan penuh haru, dalam jumpa pers daring, Rabu (14/10).

Ia menceritakan karya ini mulai digarap secara serius oleh James sejak 2007, ketika genre pop/EDM belum terlalu populer di Indonesia. Mendiang Djaduk Ferianto, kata dia, pernah menilai musiknya 'terlalu maju'. 

Namun, ia tetap percaya pada karyanya dan merekamnya bersama penyanyi muda berbakat Meilody Indreswari (Meilody), juara Bintang Radio RRI 2007. Seribu Tahun Cahaya diproduksi di New York mulai pada 2011 dan rampung pada 2013, serta dirilis melalui label lokal di sana, dan didaftarkan secara resmi di US Copyright Office.

James mengaku sengaja memasukkan unsur alat musik berbeda pada tiap versi lagu. “Pada versi bahasa Indonesia ada unsur angklung dan kolintang. Versi Jepang menghadirkan koto dan shakuhachi, dan sentuhan musik outer space yang dimainkan lewat synthesizer pada versi bahasa Inggris-nya,” ungkap James.

Dengan begitu, Seribu Tahun Cahaya jadi karya yang menyatukan cinta personal, kolaborasi lintas generasi, dan pesan edukatif tentang industri musik.

James ingin mengingatkan pentingnya menghargai setiap peran dalam proses kreatif musik. Seperti pernah ia katakan kepada Rolling Stone Indonesia pada 2009, “No Song, No Music Industry.”

Dalam produksi ini, James mencatatkan diri sebagai insan musik yang berhak atas hak ekonomi hak cipta karya lagu melalui perannya dari hulu sampai hilir dalam proses pembuatan fiksasi karya cipta lagu yang mencakup pencipta, pemegang hak cipta, dan pemilik hak terkait. 

Ia bertindak antara lain sebagai composer, lyricist, arranger, musisi, publishing musik, pemilik master/produser eksekutif, produser musik, sound, mixing & mastering engineer, dan sebagai videographer dari pre- sampai pasca produksi audiovisual pada karya ini.

“Dengan begitu, saya ingin menegaskan banyak peran yang sebenarnya memiliki hak ekonomi atas sebuah karya. Saya berharap karya ini jadi pengingat pentingnya transparansi hak ekonomi di era digital, ketika semua data pendapatan sebenarnya sudah tercatat jelas," pungkasnya.

Rilis ini juga meraih penghargaan dari MURI atas rekor Penerbitan Serentak Single Tiga Bahasa dari Tiga Benua, dengan Peran Terbanyak Berhak atas Hak Ekonomi Hak Cipta Karya Lagu (Seribu Tahun Cahaya).

Pada kesempatan sama, Meilody mengenang pengalaman uniknya saat menyanyikan lagu ini dalam lima bahasa sekaligus sebagai guide vocal, termasuk akhirnya jadi penyanyi pertama yang membawakan versi bahasa Jepang.

“Setiap bahasa punya pemenggalan kata berbeda. Saya harus berkali-kali take ulang, Om James sampai meminta bantuan teman native speaker untuk memeriksa lafal saya. Bahkan lirik versi Jepang sudah kami cross-check dengan penerjemah dan publisher,” kenang Meilody.

Jika Meilody jadi fondasi awal perjalanan lagu ini, Claudia Emmanuela Santoso (Audi) membawa Seribu Tahun Cahaya ke ranah global. Penyanyi asal Cirebon ini, pemenang The Voice of Germany 2019, dipercaya mengisi versi bahasa Indonesia dan Inggris. Audi mengaku merinding saat pertama kali mendengar lagu tersebut.

“Aku rasa sudah lama tidak ada lagu seperti ini. Liriknya dalam, melodinya puitis, dan penuh rasa,” pungkas Audi.

Sebelumnya, pada 1996, James F Sundah bersama Titiek Puspa, bekerja sama dengan duo musisi rock member band legendaris Scorpions, Klaus Meine dan Rudolf Schenker juga menciptakan lagu When You Came Into My Life.

Lagu ini masuk album Scorpions tahun 1996, Pure Instinct, yang juga menerima sertifikasi Emas di Jerman, Perancis, dan Finlandia, dan kemudian diluncurkan dalam bentuk single pada 1997 dengan produser David Foster. (H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |