SIBE ITB 2025(Dok.Humas ITB)
FAKULTAS Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan The 5th International Conference on Sustainable Infrastructure and Built Environment (SIBE 2025) pada 4–5 November 2025.
SIBE merupakan konferensi internasional empat tahunan yang digagas FTSL ITB sejak 2009. Ajang ini menjadi wadah bagi akademisi, peneliti, pemerintah, dan pelaku industri dari dalam maupun luar negeri untuk bertukar gagasan, riset, serta solusi terkait pembangunan infrastruktur berkelanjutan di bidang teknik sipil, lingkungan dan kelautan.
Tahun ini, SIBE mengusung tema “Strengthening Security through Sustainable Infrastructure and Environmental Resilience” dengan menghadirkan lebih dari 230 peserta dari delapan negara, yaitu Indonesia, Myanmar, Singapura, Taiwan, Britania Raya, Thailand, Australia, dan Jepang; 26 sesi; dan 17 topik utama, mulai dari ketahanan terhadap bencana hingga energi terbarukan.
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Dody Hanggodo, menekankan bahwa kesinambungan pembangunan nasional menjadi kunci agar manfaat infrastruktur dapat dirasakan lintas generasi. Beliau menjelaskan bahwa kebijakan pemerintah berfokus pada pembangunan yang berorientasi jangka panjang dan ramah lingkungan. “Pembangunan yang kita lakukan harus memberi manfaat bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga bagi masa depan,” tuturnya.
Menurut Dody, prinsip keberlanjutan tidak selalu identik dengan biaya tinggi, melainkan dengan perencanaan matang dan penerapan standar keamanan tinggi, terutama mengingat posisi Indonesia di jalur cincin api dunia. Ia mencontohkan pentingnya belajar dari praktik pembangunan tahan gempa di Jepang.
Ketua SIBE 2025, Indratmo menjelaskan bahwa ITB terus berkontribusi dalam pengembangan eco-infrastructure yang menekankan efisiensi sumber daya dan pelestarian lingkungan. “Keberlanjutan mencakup pengelolaan sumber daya air, konservasi di wilayah hulu, penerapan green building, serta pemanfaatan material ramah lingkungan berbasis potensi lokal,” jelasnya.
Indratmo menambahkan sejumlah inovasi ITB bahkan telah dimanfaatkan oleh Kementerian PU, seperti teknologi penjernihan air pasca bencana tsunami Aceh dan pengembangan material baru untuk jalan. Kolaborasi antara akademisi dan pemerintah merupakan langkah penting untuk memastikan pembangunan berjalan efisien, tangguh, dan berkelanjutan.
Rektor ITB, Tatacipta Dirgantara menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur berkelanjutan harus berorientasi pada generasi mendatang. Tidak boleh membangun hari ini dengan mengorbankan masa depan. ITB berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi nyata melalui riset dan inovasi, mulai dari pengembangan building code nasional, peta gempa, hingga teknologi pengendalian pencemaran lingkungan.
"Melalui SIBE 2025, ITB menegaskan kesiapan untuk terus berkolaborasi dengan pemerintah, industri, dan masyarakat dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan di Indonesia," terangnya. (E-2)


















































