Israel Tutup Jalur Bantuan Utama ke Gaza, Tekanan Diplomatik Meningkat

5 hours ago 2
Israel Tutup Jalur Bantuan Utama ke Gaza, Tekanan Diplomatik Meningkat Israel menutup akses masuk bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza bagian Utara.(Media Sosial X)

ISRAEL menutup akses masuk ke Gaza bagian utara, Kamis (27/6), menghentikan jalur paling langsung untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke wilayah yang terancam kelaparan. Langkah ini dilakukan di tengah serangan udara dan penembakan yang terus menewaskan puluhan warga Palestina.

Penutupan tersebut diperkirakan akan meningkatkan tekanan internasional terhadap Israel. Apalagi setelah fokus dunia beralih dari konflik singkat dengan Iran kembali ke krisis kemanusiaan di Gaza.

Selama 12 hari konflik dengan Iran berlangsung, lebih dari 800 warga Palestina dilaporkan tewas di Gaza, banyak di antaranya saat berupaya mendapatkan makanan atau akibat gelombang serangan udara dan artileri Israel.

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez, salah satu pemimpin Eropa yang paling vokal mengkritik serangan Israel, menyebut situasi di Gaza sebagai “genosida”. Ia mengacu pada laporan Uni Eropa yang menunjukkan indikasi pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel, termasuk blokade bantuan, tingginya jumlah korban sipil, serangan terhadap jurnalis, serta kehancuran besar-besaran.

Israel membantah keras tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk bias serta antisemitisme.

Krisis Kemanusiaan Makin Parah

Juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, mengatakan 56 orang tewas dalam serangan pada Kamis, termasuk enam warga yang sedang menunggu bantuan makanan. Data rumah sakit lapangan dari Palang Merah Internasional menunjukkan ratusan warga sipil terluka akibat tembakan saat berusaha mendapatkan bantuan dalam dua pekan terakhir.

Militer Israel menyatakan pasukannya hanya melepaskan tembakan peringatan terhadap "tersangka" yang mendekat di sekitar koridor Netzarim di Gaza tengah. Area ini menjadi tempat berkumpul warga setiap malam untuk menghadang truk bantuan.

Kekurangan pangan semakin parah sejak Israel memberlakukan blokade total pada Maret dan April. Meski sebagian blokade dilonggarkan bulan lalu, upaya distribusi bantuan masih terhambat oleh jalan yang rusak, pembatasan militer, dan serangan udara yang terus berlangsung.

Zikim, satu-satunya titik masuk ke Gaza utara yang sempat dibuka, kembali ditutup pada Kamis. Israel mengklaim penutupan ini diperlukan untuk mencegah Hamas menyita bantuan. Namun, organisasi kemanusiaan menyebut langkah itu "sangat bermasalah" dan akan menghambat penyaluran bantuan ke wilayah paling membutuhkan.

Distribusi bantuan kini difokuskan di wilayah tengah dan selatan Gaza oleh sebuah organisasi swasta yang didukung AS dan Israel, Gaza Humanitarian Foundation. Namun, lokasi ini tak terjangkau oleh sebagian besar dari satu juta warga yang masih bertahan di Gaza utara.

Penutupan terjadi setelah beredar video di media sosial yang memperlihatkan konvoi bantuan dikawal pria bersenjata. Israel menyebut mereka anggota Hamas, namun sejumlah saksi dan pekerja bantuan mengatakan mereka adalah penjaga dari dewan pemimpin komunitas lokal yang berusaha melindungi bantuan dari penjarahan.

Komisi Tinggi Urusan Suku di Gaza menyatakan bahwa pengamanan dilakukan murni atas inisiatif masyarakat dan tidak melibatkan kelompok militan.

Kondisi Medis Kritis dan Ketegangan Berlanjut

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan hanya 17 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi sebagian, sementara sisanya lumpuh total. Pada Kamis, WHO berhasil mengirimkan kiriman medis pertamanya sejak 2 Maret, namun menyebut bantuan tersebut sebagai “setetes air di lautan”.

Sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023, lebih dari 56.000 warga Gaza telah tewas — sebagian besar adalah warga sipil. Israel memulai kampanye militernya setelah serangan Hamas ke wilayah selatan Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Hingga kini, 49 sandera masih ditahan, dengan kurang dari separuhnya diyakini masih hidup.

Harapan akan gencatan senjata ketiga sempat muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan “kemajuan besar sedang terjadi”. Namun, baik Israel maupun Hamas menyebut belum ada kesepakatan yang mendekati final.

Di tengah tekanan internasional dan dalam negeri, termasuk dari keluarga para sandera, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadapi desakan kuat untuk mengakhiri perang yang kian memanas dan membawa penderitaan panjang bagi rakyat sipil di kedua sisi konflik. (the Guardian/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |