Ironis, Diduga Permainan Pasar Sebabkan Harga Gabah di Aceh Terus Turun di Bawah HPP

3 hours ago 3
Ironis, Diduga Permainan Pasar Sebabkan Harga Gabah di Aceh Terus Turun di Bawah HPP Petani sedang memanen padi di Aceh.(MI/Amiruddin Abdullah Reubee)

MUSIM panen gadu (musim panenen tahap kedua) kali ini justru diwarnai rasa kecewa para petani padi sawah di kawasan Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Keinginan untuk menuai secercah harapan dari hasil produksi panen gabah ternyata sirna tiada disangka. 

"Arus gelombang kecerdikan pelaku pasar seperti tidak berkemudi dan laksana tiada terkendali. Akhirnya petani tergilas mimpi dan bermuara menahan rugi," demikian antara lain ungkapan kekecewaan disampaikan Mukhtarizal tokoh muda di Kecamatan Pirak Timu, Kabupaten Aceh Utara, kepada Media Indonesia, Senin (27/10). 
 
Bagaimana tidak, harga gabah kering panen (GKP) di wilayah setempat sejak dua pekan terakhir anjlok luar biasa. Tidak diketahui secara jelas penyebab turunnya harga tersebut seiring dengan musim panen di kawasan setempat. 

Amatan Media Indonesia, di Kecamatan Pirak Timu, Paya Bakong, dan Kecamatan Matangkuli, misalnya, sejak tiga hari terakhir harga gabah kering panen Rp6.200/kg. Harga itu lebih rendah dari pekan lalu Rp6.300/kg.

Padahal sebelum memasuki musim panen atau sekitar tiga bulan lalu, harga berkisar Rp7.500 hingga Rp8.000/kg. Lalu pada bulan lalu turun menjadi Rp6.600/kg.

Ironisnya, penurunan harga yang mengundang keresahan petani itu sudah menyentuh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) pada posisi Rp6.500/kg. Apalagi pertani sudah sering menikmati kenaikan harga mencapai Rp8.000/kg.

Dikatakan Mukhtarizal, anjloknya harga gabah di tengah musim panen kali ini sangat meresahkan petani. Itu karena biaya modal dan harga pupuk atau saprodi cukup tinggi. 

"Kondisi ini sangat tidak berpihak kepada petani padi. Apapun alasannya mereka terpaksa jadi korban dan harus menanggung risiko. Hal ini pula menjadi suatu sebab sulit melahirkan petani muda. Apalagi beropini petani itu strata kelas bawah dan jauh dari kecukupan," tutur Mukhtarizal, tokoh muda yang juga mencintai pertanian untuk memperkuat ketahanan pangan.

Sesuai penelusuran Media Indonesia, anjloknya harga gabah di Aceh Utara dan sekitarnya diduga ada permainan pasar. Itu ada kemungkinan ulah pengusaha penampung yang suka menyebar isu bahwa kondisi gabah pada musim panen kali ini tidak berkualitas. 

Alasannya akibat musim hujan sehingga mengakibatkan kelembapan biji gabah lebih tinggi. Lalu beredar opini gabah musim hujan sering tidak mencapai target perolehan beras saat di penggilingan kilang padi. 

"Ini alasan klasik yang sulit dipertanggung jawabkan. Hanya saja merugikan petani dan menguntungkan mafia pasar. Pertanyaannya mengapa sekarang itu alasannya sedangkan sebelum datang panen dalam kondisi sama tapi harga tetap tinggi," tutur Budi, petani lainnya. (MR/E-4) 

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |