
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Jakarta pada April 2025 sebesar 1,44% (mtm), lebih rendah dari bulan lalu(2,00%; mtm). Inflasi April 2025 terutama bersumber dari kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Sementara itu, deflasi terjadi pada kelompok Informasi, komunikasi, dan jasa keuangan serta kelompok transportasi.
"Dengan perkembangan tersebut, inflasi Jakarta pada April 2025 secara tahunan tetap terjaga yaitu sebesar 2,21% (yoy), meskipun lebih tinggi dibandingkan Nasional (1,95%; yoy)," ucap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Arlyana Abubakar dikutip dari siaran pers yang diterima, Sabtu (3/5).
Ia menambahkan, inflasi kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga tercatat sebesar 6,45% (mtm) atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (8,22%; mtm). "Inflasi pada kelompok ini utamanya disebabkan oleh normalisasi tarif listrik khususnya untuk pelanggan pascabayar setelah berakhirnya kebijakan diskon tarif listrik," ungkapnya.
Sementara itu, perawatan pribadi dan jasa lainnya juga mengalami inflasi sebesar 1,99%, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (0,87%; mtm). Tekanan inflasi pada kelompok ini, sambungnya, masih didorong oleh berlanjutnya peningkatan harga emas perhiasan sejalan dengan tren harga emas global.
"Hal ini sebagai imbas dari masih tingginya ketidakpastian global sehingga mendorong meningkatnya permintaan emas sebagai aset safe haven. Berdasarkan historisnya, komoditas emas perhiasan terus mengalami inflasi sejak September 2023 hingga kini, kecuali pada September 2024," ungkapnya.
Lebih lanjut, kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga turut mendorong inflasi Jakarta pada April 2025. Inflasi kelompok ini sebesar 0,16% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan lalu (1,70%; mtm). Tekanan inflasi disebabkan antara lain oleh peningkatan harga bawang merah akibat rendahnya pasokan dari wilayah sentra imbas dari siklus produksi yang berada di titik rendah, (peningkatan harga bawang putih akibat terbatasnya realisasi impor, serta peningkatan harga tomat.
"Inflasi kelompok ini tertahan oleh penurunan harga cabai rawit dan daging ayam ras seiring dengan melimpahnya pasokan dari wilayah sentra di tengah periode petik cabai yang dimulai kembali pasca HBKN Idulfitri dan normalisasi permintaan daging ayam ras pasca HBKN Ramadan Idulfitri," bebernya.
Inflasi Jakarta pada April 2025, lanjut dia, tertahan oleh deflasi pada kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan dan kelompok transportasi. Kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar -0,42% (mtm). Adapun deflasi tersebut disebabkan oleh penurunan tarif pulsa ponsel sejalan dengan sinergi pemerintah bersama penyelenggara layanan telekomunikasi seluler yang memberikan diskon 50% selama Hari Raya Idulfitri dan Nyepi 2025.
Sementara kelompok transportasi juga mengalami deflasi sebesar -0,24% (mtm) setelah bulan lalu mencatat inflasi sebesar 0,03% (mtm) terutama bersumber dari bensin, tarif angkutan udara dan angkutan antar kota.
"Inflasi Jakarta yang terkendali pada momen HBKN Ramadan Idulfitri tidak terlepas dari hasil sinergi, kolaborasi, serta koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta," imbuhnya.
Selama April 2025, TPID Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi, antara lain penyelenggaraan pasar murah dan program Pangan Bersubsidi, kegiatan panen bersama pada mitra PT Food Station Tjipinang Jaya di Desa Mekikis, Kediri, penandatanganan kerja sama antar daerah (KAD) antara PT Food Station Tjipinang Jaya dengan 4 mitra KAD di wilayah Kediri dan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Perumda Dharma Jaya dengan Kementerian Pertanian terkait Pemeliharaan dan Pengelolaan Ternak Sapi Perah.
Ke depan, tambah dia, sinergi antara Pemerintah Daerah dengan Bank Indonesia serta seluruh stakeholder terkait yang tergabung dalam TPID DKI Jakarta akan terus diperkuat untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) dapat berjalan baik dan efektif, utamanya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
"Dengan berbagai upaya tersebut, inflasi Jakarta pada 2025 diharapkan tetap terjaga dalam sasaran 2,5±1%," pungkasnya. (Fal/M-3)