Pemain berlatih menjelang turnamen.(MI/Widjajadi)
TIM Indonesia optimistis mampu mengejar juara turnamen Polytron Indonesia Para Badminton Internasional (PIPBI) 2025, digelar di GOR Indoor Manahan, Solo, 29 Oktober - 2 November, meski tidak bisa menyertakan Deva Anrimusti (SU5) dan Hafiz Nur Alfarizi (SU5).
Kejuaraan Level 1 kalender Badminton World Federation (BWF) itu diikuti 140 pemain dari 25 negara. Ada 22 nomor pertandingan yang digelar, mencakup kategori tunggal, ganda, dan ganda campuran di enam klasifikasi.
Menurut Wakil Sekjen NPC (National Parslympic Committee) Indonesia, Rima Ferdianto, tim Prancis dan India bakal menjadi pesaing terberat tuan rumah Indonesia, seiring Tiongkok datang tidak dengan kekuatan penuh.
"Ya Prancis dan India jadi pesaing berat. Bahkan kita kemungkinan kehilangan dua sampai tiga emas karena Deva Anrimusti (SU5) dan Hafiz Nur Alfarizi (SU5), terkendala review klasifikasi. Namun kita optimistis juara," terang Wakil Sekjen National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, Rima Ferdianto menjawab Media Indonesia, di sela-sela fase penyisihan PIPBI 2025,di Stadion Indoor Manahan, Rabu (29/10).
PIPBI 2025 dengan status kejuaraan internasional Level 1 atau hanya selapis di bawah kejuaraan Paralimpiade dan Kejuaraan Dunia itu membawa aturan baru yang dibuat BWF, yang disebut review klasifikasi.
"Jadi setiap pemain wajib masuk dalam review klasifikasi jika mengikuti kejuaraan yang ada klasifikasi. Nah Deva dan Hafiz tidak bisa masuk dalam review klasifikasi yang baru ditetapkan BWF pada Agustus lalu," kata Rima .
Padahal dua atlet ini merupakan kekuatan besar Indonesia. "Saya katakan tadi, kita bakal kehilangan sekitar dua sampai tiga nomor karena absennya mereka. Tapi masih optimistis bisa juara," sambung dia lagi.
Total hadiah yang disediakan dalam single event kolaborasi penyelenggaraan antara Bhakti Olahraga Djarum Foundation, NPCI dan BWF itu adalah US$15 ribu. Pada PIPBI tahun lalu hadiah total US$10 ribu
Karena kejuaraan yang sangat prestisius itulah, India datang dengan kekuatan 40 pemain, atau terbesar di antara 25 negara peserta, termasuk Indonesia yang hanya menampilkan 16 pemain.
Pada bagian lain Rima menegaskan, Indonesia akan memprotes BWF, tentang alasan tidak bisa masuknya Deva dan Hafiz dalam review klasifikasi, yang menjadi aturan baru, yang ditetapkan Agustus lalu.(E-2)


















































