
The Jakarta International Handicraft Trade Fair atau Inacraft October Vol.4 akan diselenggarakan pada 1 hingga 5 Oktober 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC). Pameran yang diselenggarakan Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) itu bertema Youth: Craft, Culture, Future. Sebelumnya, pada tahun ini, Inacraft telah diselenggarakan pada 5-9 Februari di lokasi yang sama.
Ketua Umum ASEPHI Muchsin Ridjan menjelaskan pihaknya rutin menyelenggarakan Inacraft dua kali dalam setahun, di awal tahun pameran bertema klasik yang menampilkan karya para pengusaha kriya dan fesyen. Sementara, pameran kedua yang diselenggarakan pada Oktober, lebih mengangkat aspek semangat generasi muda, termasuk para pengusaha muda.
Muchsin menjelaskan, Inacraft pada Oktober 2025 itu akan diikuti lebih dari 900 peserta, para pengusaha kriya dan fesyen dari seluruh Indonesia. Saat ini sebagian besar area pameran telah terjual.
"Ini adalah pameran kami ke-26, dari usia ASEPHI yang telah 50 tahun. Pameran ini swadaya para pengusaha yang kini juga didukung sejumlah pemerintah daerah, BUMN, dan korporasi. Kami memulainya dengan hanya 100 peserta dan kini bisa mencapai 1.000, " kata Muchsin.
Tema gairah pengusaha muda yang bergiat dalam dunia fesyen dan kriya akan ditampilkan dalam 20% area pameran. "Mereka akan menyajikan pengalaman cara membuat kerajinan perhiasan, kriya, dan produk fesyen. Selain itu, Inacraft kali ini akan mengundang sejumlah buyer dari luar negeri," kata Muchsin.
Pengundian area pameran diselenggrakan hari ini. Selasa (29/4) pada acara Rapat Pimpinan ASEPHI pada di Jakarta yang dihadiri seluruh jajaran pengurus Pusat dan para Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) dan Badan Pengurus Cabang (BPC) dari 23 Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Direktur Pengembangan Ekspor Jasa dan Produk Kreatif Kementerian Perdagangan Ari Satria pada rapat tersebut menyatakan posisi tim negosiasi Indonesia di AS yang kini tengah mengupayakan penurunan tarif ekspor produk kerajinan ke AS. Target pengurangan hingga 10% dari tarif yang dikenakan mencapai 32% dan berusaha menyeimbangkan posisi neraca perdagangan RI dengan AS.
"Asosiasi pelaku ekspor produkt kreatif ini intensif tenaga kerja. Kami dan ASEPHI sepakat menargetkan meningkatkan target ekspor kerajinan yang padat karya tembus diatas 1 miliar dolar AS," kata Ari.