Ilmuwan Temukan Hubungan Tak Terduga Antara Uban Dan Kanker

3 hours ago 2
Ilmuwan Temukan Hubungan Tak Terduga Antara Uban Dan Kanker Ilustrasi(freepik)

SEHELAI rambut menyimpan cerita tentang stres, waktu, dan perjuangan hidup. Kadang ia memudar menjadi abu-abu, diam-diam menandai usia. Namun, para ilmuwan kini menemukan jenis sel yang sama yang menghasilkan warna tersebut juga dapat berubah menjadi berbahaya.

Para peneliti dari Universitas Tokyo menemukan satu jenis sel punca dapat menua dengan aman atau berubah menjadi kanker, bergantung pada jenis stres yang dihadapinya. Keputusan seluler yang memudarkan warna rambut ternyata juga dapat memicu penyakit.

Kaitan Kanker dan Uban

Studi ini berfokus pada sel punca melanosit yang berada jauh di dalam folikel rambut. Tugas mereka adalah sederhana: menciptakan sel pigmen yang memberi warna pada rambut dan kulit. Sel-sel induk ini hidup di zona kecil yang disebut wilayah tonjolan-subtonjolan, dan memulai kembali siklus warna setiap kali rambut rontok dan tumbuh kembali.

Seiring waktu, retakan kecil terbentuk dalam DNA sel-sel ini, disebabkan  sinar matahari, paparan bahan kimia, atau sekadar keausan kehidupan sehari-hari. Setelah kerusakan ini menumpuk, sel harus memilih, melindungi tubuh dengan menua dan menjauh, atau mengabaikan sinyal tersebut dan berisiko menjadi ganas.

Stres DNA Memicu Uban

Studi baru yang dipimpin Profesor Emi Nishimura dan Profesor Yasuaki Mohri, melacak bagaimana sel-sel punca ini bereaksi di bawah tekanan. Tim meneliti tikus menggunakan pelacakan garis keturunan jangka panjang dan alat ekspresi gen.

Ketika sel mengalami kerusakan untai ganda pada DNA mereka, mereka berhenti memperbarui diri. Sebaliknya, mereka matang terlalu cepat dalam proses yang disebut diferensiasi terkait penuaan, atau seno-diferensiasi. 

Keputusan ini mengakhiri peran mereka sebagai sel punca. Jalur penghasil pigmen berhenti, dan rambut pun kehilangan warna. Proses ini dikendalikan oleh jalur p53-p21, sinyal molekuler yang bertindak seperti sakelar.

Dalam skenario ini, tubuh mengorbankan sel-sel yang rusak demi keselamatan, meninggalkan untaian abu-abu sebagai bukti.

Ketika Perlindungan Gagal dan Memicu Kanker

Kisahnya berubah ketika stres berasal dari karsinogen seperti radiasi ultraviolet B. Sel-sel yang sama ini bertindak secara berbeda.

Bahkan dengan kerusakan DNA, mereka melewati jalur perlindungan. Jaringan di dekatnya mengirimkan sinyal ligan KIT yang memblokir respons p53-p21. Alih-alih menua, sel-sel tersebut mulai membelah lagi, berkembang biak dalam kelompok.

Apa yang dulunya menjamin warna kulit kini berubah menjadi ancaman. Sel-sel yang berkembang biak ini dapat menjadi pemicu melanoma, suatu bentuk kanker kulit yang berbahaya. Kontrasnya sangat mencolok: satu jenis kerusakan memicu penuaan yang aman, sementara yang lain mendorong pertumbuhan yang berbahaya.

Penuaan dan Kanker: Dua Hasil Stres Seluler

“Temuan ini mengungkapkan bahwa populasi sel punca yang sama dapat mengalami nasib yang berlawanan, kelelahan atau ekspansi, tergantung pada jenis stres dan sinyal lingkungan mikro,” kata Profesor Nishimura.

Ia menegaskan, “Ini membingkai ulang uban dan melanoma bukan sebagai kejadian yang tidak berhubungan, tetapi sebagai hasil yang berbeda dari respons stres sel punca.”

Rambut beruban bukanlah tanda penuaan yang acak, melainkan akibat tubuh yang memilih untuk berhati-hati. Kanker muncul ketika kehati-hatian itu lenyap. Sel induk yang sama, di bawah sinyal yang berbeda, bisa menjadi penyintas yang tenang atau ancaman yang diam-diam.

Proses seno-diferensiasi tampak seperti rencana keamanan bawaan. Ketika sel merasakan bahaya, ia berhenti berkembang biak. 

Tindakan ini melindungi jaringan agar tidak menjadi ganas. Namun, ketika faktor eksternal menghalangi respons tersebut, sel-sel yang rusak bertahan hidup lebih lama dari seharusnya. Sel-sel yang bertahan hidup tersebut dapat bermutasi, membentuk tumor, dan menyebar.

Para peneliti menegaskan satu hal, uban tidak mencegah kanker. Baik uban maupun melanoma tumbuh dari stres seluler yang sama, tetapi mengikuti arah yang berlawanan. Sistem sinyal internal tubuhlah yang menentukan siapa yang menang.

Dengan mengungkap bagaimana sel punca memilih antara mati atau berkembang biak, penelitian ini menjembatani biologi penuaan dan kanker, menekankan bahwa penuaan adalah sebuah strategi untuk membuang sel-sel rusak sebelum membahayakan tubuh, dan kanker dimulai ketika pembersihan tersebut gagal. 

Setiap uban mungkin mencerminkan momen pengambilan keputusan seluler, di mana logika yang sama yang mewarnai rambut kita, di bawah tekanan, dapat berubah menjadi ancaman. (Earth/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |