'SAMBIL menyelam sambil minum air'. 'Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui'.
Peri bahasa inilah terpatri dalam meniti kehidupan Ikwanul Kiram Bawarith untuk mengisi hari-harinya di Pondok Pesantren Tradisional atau Dayah Makhadal U'lum Diniyyah Islamiyyah Masjid Raya (Mudi Mesra) Samalanga, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh.
Mengapa tidak...? Remaja generasi Z berusia 22 tahun yang berperawakan murah senyum itu sejak awal menimba ilmu di pesantren salafiah. Dia rajin membuat film dokumenter penuh makna. Lalu memproduksi video pendek Gen Z.
Ide kreatif ini awalnya muncul sendiri ketika menerawang saat-saat mengikuti pelajaran mengaji kitab kuning di Dayah Mudi Mesra. Hari berganti bulan hingga menyusul tahun, akhirnya bakat sebagai konten kreator serta hobi videografer itu terus ditekuni dan bermekaran alami secara otodidak.
Diperkaya lagi oleh pengalaman dan menyemai pada media teknologi telekomunikasi serta dunia maya. Berkat ketekunannya, seiring bertambah alim agama, terutama ilmu fiq islam, Ikhwanul Kiram pun rajin mengikuti berbagai kompetisi flm di tingkat lokal hingga nasional. Alhasil pada Selasa (28/10) malam, mahasiswa semester akhir Ushul Fiq, Universitas Al-Aziziah Indonesia (Unisai) Ma'had Aly Mudi Mesra ini diumumkan masuk 4 besar finalis film video pendek terbaik tingkat nasional.
Sesuai rilis resmi DPD RI, daftar 4 besar yang lulus itu adalah, Ahmad Azmi (dari Jawa Timur), Aura Ashelia (Sumatra Barat), Dino Dinasty Hariyanto (Tangerang Selatan, Banten), Ikhwanul Kiram (Aceh). Anak dari Muhammad Adli Abdullah, Dosen senior Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala itu satu-satunya dari Provinsi Aceh. Ikwanul Kiram pun malam itu laksana menemui lailatul qadar, yakni gembira tak terkira kala film video pendeknya untuk Indonesia berjudul 'Z Brothers' itu berhasil menembus kompetisi nasional yang dilaksanakan DPD RI.
Itu adalah malam kemenangan event bergengsi yang diselenggarakan oleh RI. Ikram bersaing dengan 560 karya anak negeri. "Awalnya ada 560 karya inspiratif karya anak bangsa seluruh Indonesia. Dari jumlah itu kemudian berhasil masuk 50 besar terbaik. Berikutnya setelah berkompetisi super ketat, hanya tersisa 4 finalis. Betapa tidak gembira ketika perolehan itu bisa kita persembahkan kepada Abu , Ummi, sekeluarga dan generasi Aceh semua," tutur santri kelas 6 Mudi Mesra itu.
Ketua DPD RI Sultan B Najamudin langsung menyerahkan hadiah dan penobatan sertifikat saat malam puncak penghargaan DPD Award kepada pemenang juara, peringkat 2,3, dan favorit.
Kemeriahan itu digelar di The Tribrata Hotel & Convention Centre Darmawangsa, Jakarta, Senin (3/11). Kepada Media Indonesia, Ikhwanul menuturkan, perolehan anugerah 4 besar itu merupakan keberhasilan luar biasa yang pernah digapai putra kelahiran 26 Juli 2003 dari pasangan Muhammad Adli Abdullah dan Sarjana Ibrahim.
Itu merupakan catatan hidup sangat berguna dan sebuah inspiratif kepada sesama remaja. "Selasa malam itu rasanya gembira tiada terhingga, laksana lalilalutul qadar. Keceriaan ini adalah rahmat Ilahi yang tiada tara. Terlampiaskan begitu indah, semoga menjadi penawar hati Abi dan Ummi serta semua keluarga tercinta, " tutur Ikwanul.
Capaian santri bernama lengkap Teungku Ikhwanul Kiram di ajang nasional itu cukup mengangkat dayah sslafiah atau pesantren tradisonal Aceh. Lalu sangat membanggakan masyarakat terutama generasi muda Serambi Mekkah. (H-1)


















































