Ilustrasi(Antara)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 28 Oktober 2025, dibuka melemah 34,33 poin atau 0,42 persen ke posisi 8.082.82. Sementara, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 3,74 poin atau 0,45 persen ke posisi 820,79.
Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas menyebut pelemahan bisa terjadi imbas pelaku pasar yang mencermati arah kebijakan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed).
"Data inflasi AS yang lebih rendah memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin pada Rabu (29/10), dengan investor menantikan pernyataan Ketua Jerome Powell terkait arah kebijakan moneter selanjutnya," kata Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.
Dari mancanegara, fokus perhatian pelaku pasar tertuju pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed pada Rabu, yang menurut konsensus akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi pada kisaran 3,75%-4%. Pelaku pasar juga menantikan keputusan suku bunga dari Europan Central Bank (ECB), Bank of Japan (BoJ), serta Bank of Canada.
Sementara itu, pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada Kamis (30/10), dapat meredakan ketegangan dagang dan menghentikan tarif baru. Komentar positif dari Menteri Keuangan AS Scott Bessent tentang kerja sama perdagangan juga menambah sentimen positif.
Dari dalam negeri, Morgan Stanley Capital International (MSCI) saat ini tengah mengkaji ulang metode perhitungan free float saham Indonesia dan membuka konsultasi publik hingga 31 Desember 2025, dengan hasil diumumkan paling lambat 30 Januari 2026. Aturan baru akan diterapkan pada review Mei 2026, dengan dua opsi pendekatan yang sama-sama lebih ketat terhadap saham yang dimiliki korporasi atau tidak jelas kepemilikannya.
Selain itu, pembulatan angka free float juga akan disesuaikan menjadi lebih rinci. Dampaknya, banyak emiten Indonesia yang memiliki struktur kepemilikan terkonsentrasi berisiko mengalami penurunan porsi dalam indeks MSCI, yang dapat memicu arus keluar modal asing. (E-3)


















































