IESR Rekomendasikan Lima Aksi Prioritas untuk Genjot Investasi Hijau di Jawa Tengah

6 hours ago 2
IESR Rekomendasikan Lima Aksi Prioritas untuk Genjot Investasi Hijau di Jawa Tengah Ilustrasi.(freepik.com)

Institute for Essential Services Reform (IESR) menyebut Jawa Tengah mempunyai modal kuat untuk mempercepat transisi beralih ke energi terbarukan dan menumbuhkan ekonomi yang rendah emisi. Secara ekonomi, Jawa Tengah menunjukkan daya saing yang kompetitif dengan lima kawasan industri unggulan.

Pada 2023, sektor manufaktur menjadi kontributor terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yakni sebesar 34,03%.

Jawa Tengah juga menjadi tujuan investasi yang diminati banyak negara, di antaranya Singapura, Jepang, dan Tiongkok. Selama periode 2020-2024, total realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan  Usaha Mikro dan Kecil (UMK) mencapai Rp88,44 triliun.

Selain itu, Jawa Tengah mempunyai target bauran energi terbarukan sebesar 21,32% pada tahun 2025 yang hingga 2024 baru tercapai 18,58%.

IESR menilai Jawa Tengah dapat memanfaatkan melimpahnya potensi teknis energi terbarukan hingga 201 GW. Tujuannya untuk mendongkrak pencapaian target bauran energi terbarukan dan menarik lebih banyak investasi di sektor energi terbarukan.

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengungkapkan Jawa Tengah mempunyai potensi energi surya yang tinggi mencapai 194 GW. Analisis IESR menemukan potensi proyek PLTS yang layak secara finansial mencapai 13,5 GW. 

Potensi tersebut tersebar di 12 wilayah di Jawa Tengah, yang di antaranya di Kabupaten Wonogiri, Boyolali, Semarang, Brebes, Kudus, Rembang, Wonosobo, dan Banjarnegara. Meskipun demikian, RUPTL 2025–2034, baru merencanakan pengembangan PLTS di Jawa Tengah sebesar 3,8 GW pada 2034.

Secara geografis, katanya, Jawa Tengah juga berada di jalur utama perekonomian nasional. Lokasinya yang strategis memberikan kemudahan akses ke Pelabuhan Tanjung Emas, Tanjung Perak, dan Tanjung Priok. Keunggulan ini semakin diperkuat dengan tersambungnya jaringan jalan tol, yang memberikan nilai tambah dalam rantai pasok industri hijau.

Lebih lanjut, Fabby menyoroti bahwa dunia tengah mengalami tren pertumbuhan investasi energi terbarukan yang meningkat dua hingga tiga kali lebih cepat dibandingkan investasi di energi fosil.

“Investor global kini semakin memfokuskan pendanaannya pada aset-aset hijau atau yang memenuhi prinsip Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (Environmental, Social, and Governance, ESG) dan mulai meninggalkan proyek energi fosil yang kotor. Arah investasi juga mulai bergeser ke kawasan Asia Pasifik,” jelas Fabby dalam keterangannya, Jumat (27/6).

Fabby menekankan lima aksi prioritas yang dapat ditempuh oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mendorong Jawa Tengah menjadi pusat industri hijau yang berdaya saing.

Pertama, menyusun peta jalan investasi hijau (Green Investment Roadmap) 2025-2035 yang mengintegrasikan target energi terbarukan,  strategi transformasi industri, dan rencana pembangunan infrastruktur hijau. Kedua, membentuk unit khusus investasi hijau, sebagai pusat layanan terpadu bagi investor, lengkap dengan prosedur khusus dan insentif yang mendukung.

Ketiga, meluncurkan inisiatif Kawasan Industri Hijau (Green Industrial Park) di lokasi-lokasi strategis. “Kawasan industri ini harus mendukung penerapan energi terbarukan, ekonomi sirkular, dan teknologi manufaktur ramah lingkungan, termasuk untuk UMKM dan IKM,” jelasnya.

Keempat, memperkuat kemitraan dengan lembaga keuangan untuk memastikan tersedia berbagai skema pendanaan hijau yang inovatif. Kelima, berinvestasi dalam pengembangan sumber daya manusia melalui program pelatihan keterampilan hijau, dan kolaborasi riset dengan perguruan tinggi.

Sebagai upaya memudahkan investor dalam mengenali peluang investasi energi terbarukan di Jawa Tengah, IESR bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerbitkan Book of Prospect. Dokumen ini memuat 16 profil proyek-proyek energi terbarukan, lengkap dengan data dan infografis potensi investasi sekitar US$8,26 miliar atau Rp132 triliun di berbagai wilayah Jawa Tengah.

IESR juga bekerja sama dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah, menggelar Central Java Renewable Energy Investment Forum: Unlocking Renewable Energy and Green Industry Investment Potential in Central Java di Semarang, Kamis (26/6). Diselenggarakan setiap tahun sejak 2022, forum ini mempertemukan pemangku kepentingan, investor, dan pelaku industri.

Gubernur Jawa Tengah Ahmad Lutfi dalam sambutan yang dibacakan Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sujarwanto Dwiatmoko menyampaikan, Pemerintah Jawa Tengah turut mendorong dan memfasilitasi rencana investasi energi baru terbarukan melalui forum-forum investasi. Berbagai upaya ini bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan energi di masa depan.

“Di Jawa Tengah, kami terus berupaya mendorong terwujudnya transisi energi yang berkeadilan, berbasis kearifan lokal, dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Salah satunya melalui Program Desa Mandiri Energi sebagai bentuk apresiasi kepada desa dan masyarakat yang telah mengembangkan potensi energi baru terbarukan di wilayahnya,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan resmi.

“Begitu juga dengan mendorong masuknya investasi hijau melalui DPMPTSP dan mengajak industri untuk berpartisipasi dengan menggunakan energi terbarukan seperti PLTS atap untuk operasional pabrik,” imbuhnya. (H-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |