Hujan lebat mengguyur Kawasan Gunung Ungaran di Kabupaten Semarang(MI/AKHMAD SAFUAN)
WARGA Jawa Tengah diminta mewaspadai puncak musim hujan pada November-Desember 2025, sejumlah daerah mulai menggelar kesiagaan dan mitigasi sebagai antisipasi bencana menghadapi musim penghujan yang kian meningkat.
Pemantauan Media Indonesia Rabu (5/11) hujan lebat disertai angin kencang dan sambaran petir kembali terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah sejak siang, bahkan cuaca ekstrem terjadi sebelumnya di Kabupaten Semarang dan Salatiga mengakibatkan puluhan pohon tumbang dan sejumlah bangunan rusak mengakibatkan warga kembali khawatir.
Sejumlah daerah di hilir seperti Kota Semarang, Demak dan Grobogan kembali siaga menghadapi bencana menyusul cuaca ekstrem di daerah hulu (Kabupaten Semarang) ini, selain meningkatkan patroli di sejumlah tanggul sungai juga menyiapkan sarana dan prasarana kebencanaan. "Begitu Kabupaten Semarang hujan lebat, kami selalu siaga dan melakukan antisipasi," kata Kepala BPBD Demak Agus Sukiyono.
Hal serupa juga diungkapkan Kepala BPBD Grobogan Wahyu Tri Darmawanto sejumlah tanggul sungai berhulu di Kabupaten Semarang seperti Sungai Tuntang yang mengalir di daerah ini rawan jebol, sehingga saat hujan lebat mengguyur daerah hulu maha dikhawatirkan bencana banjir akan kembali terjadi seperti sebelumnya.
Demikian juga Kepala BPBD Kota Semarang Endro Pudyo Martanto bahwa kondisi banjir di ibukota Jawa Tengah ini sudah Mukai surut, bahkan Jalur Pantura Semarang-Demak sudah mengering setelah dilakukan pemompaan secara besar-besaran, namun hujannkebat di Kabupaten Semarang membuat kekhawatiran banjir kembali datang.
"Sejumlah sungai di Kota Semarang berhulu di Kabupaten Semarang, selain rawan meluber juga tanggul jebol, sehingga sebagai antisipasi kita lakukan kesiagaan bencana," ujar Endro Pudyo Martanto.
Puncak Musim Hujan
Sementara itu Supervisi Operasional Modifikasi Cuaca Posko Jawa Tengah BMKG Pusat Fikri Nur Muhammad mengingajan kepada warga Jawa Tengah untuk mewaspadai bencana hidrometeorologi seperti tanah longsor, banjir dan angin puting beliung karena terjadi puncak hujan pada bulan November-Desember 2025.
"Diminta warga agar tetap waspada terhadap bencana hidrometeorologi sebagai dampak curah hujan tinggi pada musim peralihan dan puncaknya diprediksikan terjadi pada bulan ini," tutur Fikri Nur Muhammad.
Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PNPB) Agus Riyanto mengatakan rekayasa cuaca dalam beberapa kali penerbangan menyemaikan membawa 1 ton NaCl dan secara total 48 ton dilakukan di Pantura Jawa Tengah beberapa waktu lalu mampu mengurangi curah hujan hingga 70 persen.
Rekayasa cuaca dilakukan tersebut, ungkap Agus Riyanto, karena curah hujan dalam beberapa pekan terakhir melebihi normal, sehingga intervensi tersebut merupakan salah satu upaya penanganan banjir di wilayah Semarang dan Demak yang cukup besar hingga hampir 10 hari berlangsung. "Rekayasa cuaca sebenarnya tidak perlu dilakukan jika semua infrastruktur penanggulangan banjir berjalan baik," tambahnya. (H-2)


















































