
SEJUMLAH penelitian global menunjukkan keterkaitan erat antara hipertensi dan Atrial Fibrillation (AFib) dalam meningkatkan risiko stroke.
AFib adalah singkatan dari fibrilasi atrium, yaitu jenis aritmia atau detak jantung yang tidak teratur dan sering kali sangat cepat. Kondisi ini disebabkan oleh sinyal listrik yang tidak beres di jantung, yang menyebabkan ruang atas jantung (atrium) berdetak sangat cepat dan tidak sinkron dengan ruang bawahnya. Jika tidak ditangani, AFib dapat meningkatkan risiko terjadinya pembekuan darah, stroke, dan gagal jantung.
Studi Verdecchia et al. (2018) dalam Circulation Research menegaskan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko kuat untuk terjadinya AFib, dan bahwa pengendalian tekanan darah secara intensif — terutama di bawah 120 mmHg — dapat mengurangi risiko munculnya AFib secara signifikan.
Sementara itu, studi Framingham oleh Wolf et al. (1991) membuktikan bahwa AFib merupakan faktor risiko independen terhadap stroke, bahkan pada pasien tanpa penyakit jantung rematik.
Menurut neurolog dari RS Brawijaya Saharjo & Mayapada Kuningan Dr. Zicky Yombana Babeheer, SpN, AIFO-K, DAI FIDN, CPS, “Atrial Fibrilasi adalah salah satu gangguan jantung yang sering tidak disadari karena gejalanya bisa ringan atau bahkan tidak terasa sama sekali. Namun, kondisi ini dapat meningkatkan risiko stroke hingga lima kali lipat."
"Dengan melakukan pemantauan tekanan darah secara rutin di rumah, masyarakat dapat mendeteksi perubahan tekanan atau irama jantung lebih awal, sehingga penanganan dapat dilakukan sebelum terjadi komplikasi serius,” ujar Zicky pada diskusi memperingati Hari Stroke Sedunia, Rabu (22/10).
Menambahkan pentingnya deteksi dini, Asep Aji Fatahilah, Pendiri Komunitas KDS Penyintas Stroke berbagi pengalamannya.
“Saya tidak pernah menyangka akan mengalami stroke di usia 19 tahun. Saat itu, saya merasa sehat dan tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Hingga suatu hari, seorang teman memeriksa tekanan darah saya, dan hasilnya menunjukkan angka yang sangat tinggi—lebih dari 200. Saya menganggapnya sepele, dan tak lama kemudian, serangan stroke pertama pun datang," ungkap Asep.
"Peristiwa itu menjadi titik balik dalam hidup saya. Saya menyadari betapa pentingnya mengenali kondisi tubuh sejak dini. Sekarang, saya rutin memeriksa tekanan darah di rumah dan lebih berhati-hati menjaga pola hidup sehat untuk mencegah masalah serius di masa depan,” lanjutnya.
Sebagai bentuk komitmen terhadap pencegahan stroke, OMRON menghadirkan HEM-7383T1, tensimeter digital terbaru yang dilengkapi teknologi IntelliSense™ AFib. Teknologi canggih ini akan menganalisis pola gelombang tekanan nadi dengan akurasi tinggi untuk mendeteksi kemungkinan AFib sejak dini hanya dengan satu klik.
Ditenagai oleh kecerdasan buatan dan basis data ribuan rekaman tekanan darah serta detak jantung, perangkat ini membantu pengguna mengenali potensi risiko stroke sebelum gejala muncul.
HEM-7383T1 juga dilengkapi dengan manset IntelliWrap™ yang memastikan hasil pengukuran akurat dari segala posisi lengan, memori untuk dua pengguna, layar besar yang mudah dibaca, serta konektivitas Bluetooth ke aplikasi OMRON connect untuk pelacakan data tekanan darah secara digital.
Dengan fitur-fitur ini, pengguna dapat memantau tekanan darah dan kondisi jantung secara konsisten, baik untuk kebutuhan pribadi maupun pemantauan bersama tenaga medis.
“OMRON percaya bahwa kesehatan jantung dan otak harus dijaga sejak dini, bukan hanya ketika gejala muncul. Melalui inovasi berbasis teknologi dan edukasi berkelanjutan, kami berkomitmen membantu masyarakat memantau tekanan darah dan mendeteksi potensi gangguan irama jantung seperti AFib dengan lebih mudah dan akurat. Harapan kami sederhana, agar semakin banyak keluarga di Indonesia dapat terhindar dari risiko stroke,” ujar Tomoaki Watanabe, Director OMRON Healthcare Indonesia. (Z-1)