Hari Tuberkulosis Sedunia 2025, Indonesia Perkuat Komitmen Lawan Stigma dan Tekan Lonjakan Kasus TB

4 hours ago 3
Hari Tuberkulosis Sedunia 2025, Indonesia Perkuat Komitmen Lawan Stigma dan Tekan Lonjakan Kasus TB dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA (Tim Kerja TBC Kementerian Kesehatan), dr. Henry Diatmo, MKM (Direktur Eksekutif STPI), dan dr. Betty Nababan (National Program Director PR Konsorsium Penabulu STPI) saat acara Memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 2025, Senin(MI/Rany Siahaan)

DI Indonesia masih ada anggapan penyakit Tuberkulosis (TB) menjadi aib di tengah lingkungan masyarakat. Seringkali penderita TB mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan. Stigma ini harus dihapuskan dengan menyadarkan masyarakat Indonesia TB bisa disembuhkan dengan baik. 

TB di Indonesia menjadi salah satu tantangan terbesar di Indonesia. Menurut Global TB report tahun 2024, sebanyak 1.090.000 kasus TB di Indonesia, peringkat kedua setelah India. 

Memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS), Stop TB Partnership Indonesia (STPI) bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Medco Foundation berkomitmen menyadarkan betapa bahayanya TB bagi kesehatan tubuh. 

Ketua Tim Kerja TBC Kementerian Kesehatan, Tiffany Tiara Pakasi, mengatakan stigma di lingkungan  masyarakat Indonesia menjadi salah satu tantangan yang besar. Pasalnya sebagian masyarakat Indonesia takut memeriksa kesehatan mereka sendiri. 

“Di tahun 2020, kita berfokus pada pandemi COVID-19, sehingga penemuan kasus TBC sendiri tertunda dan mengalami lonjakan yang cukup serius. Ada juga yang sudah terdeteksi TBC tetapi takut untuk diperiksa lebih lanjut karena malu apabila ketahuan oleh lingkungan sekitar. Hal ini membuat kami untuk terus mendorong kegiatan Terapi Pencegahan TBC (TPT),” ujar Tiffany Tiara Pakasi saat Press Conference Memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 2025, Jakarta, Senin, (28/4). 

Terapi Pencegahan TB (TPT) akan memberikan obat untuk mencegah perkembangan TB aktif pada mereka yang terinfeksi. Terapi ini akan meyakinkan penderitanya meminum obat secara teratur dan berdampak baik bagi kesehatan tubuh.

“Mereka yang sudah mengalami infeksi, akan diberikan obat untuk mencegah TBC berkembang. Kita juga harus meyakinkan kepada pasien bahwa dengan meminum obat bisa menjaga kondisi tubuh mereka hingga sembuh. Terapi ini juga diberikan kepada orang yang sekontak dengan pasien TB,” sambung Tiffany Tiara Pakasi. 

National Program Director PR Konsorsium Penabulu STPI, Betty Nababan, mengatakan berbagai komunitas sipil menggiatkan edukasi pencegahan TB ke masyarakat. “Kami selalu mengajak komunitas untuk menginvestigasi dengan melakukan pencarian kasus TBC pada orang-orang yang berkontak dengan penderita TB. Karena TB ini cukup dapat menular lewat udara ataupun kontak fisik dengan penderita TB,” ujar Betty.

Komunitas ini diharapkan membantu pemerintah menanggulangi TB di tengah masyarakat dan menyakinkan para pasien TB untuk semangat menjalani rangkaian pengobatan. Di samping mengedukasi masyarkat akan penularan penyakit ini.

“Kami komunitas berdiri untuk mendukung pemerintah dalam eleminasi TBC di tengah masyarakat dan kerjasama ini menjadi hal yang baik dalam membantu pasien TBC untuk semangat dan terus mengedukasi di berbagai provinsi yang memiliki angka yang cukup serius untuk ditangani,” sambung Betty. 

Direktur Eksekutif STPI, Henry Diatmo, mengatakan kegiatan ini diharapkan bisa menjadi ruang refleksi untuk mengajak para masyarakat Indonesia dalam menanggulangi TB. 

“Kegiatan ini tidak hanya menjadi ruang refleksi, namun juga ajakan nyata dalam bertindak. Diharapkan, rangkaian kegiatan ini dapat menjadi titik tolak baru untuk memperkuat komitmen dalam menanggulangi TBC demi Indonesia yang lebih sehat dan bebas dari Tuberkulosis,” ujar Henry. 

Dengan memperingati hari Tuberkulosis sedunia tahun 2025, diharapkan Indonesia bisa menekan lonjakan TB, serta terus memberikan edukasi dan menyadarkan masyarakat pentingnya memeriksa kesehatan mereka. (Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |