Hari Santri Nasional, Kontribusinya sebelum Indonesia Merdeka

1 month ago 23
Hari Santri Nasional, Kontribusinya sebelum Indonesia Merdeka Anak mengibarkan bendera sembari melantunkan selawat saat peringatan Hari Santri di Stadion Semeru, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (18/10/2025)(ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya/bar)

GUBERNUR DKI Jakarta Pramono Anung menegaskan peran besar santri dan kiai dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Ia menyebut, mereka telah memberikan kontribusi nyata bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Menurutnya, meski penetapan Hari Santri Nasional tidak lepas dari peristiwa politik, tetapi esensi utamanya yakni pengakuan terhadap kontribusi kaum santri dalam perjalanan sejarah bangsa. Sebelum Indonesia merdeka, kata dia, para santri menjadi bagian penting dari pendidikan dan pembentukan karakter bangsa.

"Walaupun ada peristiwa politik, tetapi yang paling utama dan utama, sebenarnya sebelum ada resolusi jihad yang dibacakan tadi, santri di Indonesia itu sudah memberikan kontribusi yang luar biasa bagi pendidikan di Indonesia. Bahkan sebelum ada lembaga-lembaga formal, Indonesia belum merdeka. Hampir sebagian besar tokoh-tokoh yang lahir pada waktu itu dari pondok pesantren," kata Pramono dalam sambutannya di peringatan Hari Santri 2025 di Balai Kota DKI Jakarta, pada Rabu (22/10).

Ia menilai, pandangan yang masih meragukan peran kiai dan ulama dalam sejarah bangsa merupakan bentuk ketidakpahaman terhadap wawasan kebangsaan.

"Sehingga dengan demikian, kalau pada hari ini masih ada yang mempertanyakan kontribusi para kiai, alim ulama yang menjadi pengasuh pondok pesantren, menurut saya sudah keblinger," tegasnya.

Ia menjelaskan, banyak tokoh bangsa yang tumbuh dan menimba ilmu di lingkungan pesantren, termasuk Presiden pertama RI Soekarno.

“Kalau kita masih mempertanyakan itu, menurut saya belum paham betul tentang persoalan kebangsaan ketika republik ini didirikan. Hampir semua pemimpin-pemimpin bangsa pada waktu itu karena belum ada pendidikan formal, adanya pendidikan formal dari luar negeri, dari Belanda. Mayoritas mereka belajarnya ke pondok pesantren, termasuk Bung Karno,” kata Pramono.

Pramono mengingatkan para santri agar memiliki enam kekuatan utama sebagai bekal menghadapi tantangan zaman. Enam hal tersebut adalah iman, ilmu, amal, akhlak, persatuan, dan perjuangan.

“Sepintar apa pun, setinggi apa pun Saudara tetap harus beriman. Saudara bersyukur mendapatkan ilmu yang secara langsung akan Saudara peroleh di pondok pesantren masing-masing," ujar Pramono.

"Orang setinggi apa pun kedudukan, jabatan, kalau nggak beramal, pasti hidupnya nggak lancar-lancar saja. Kata kunci seseorang dalam dunia apa pun adalah akhlaknya," pungkasnya. (H-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |