
HARGA beras premium di sejumlah pasar tradisional di Kota Tasikmalaya, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Banjar, Pangandaran, merangkak naik sejak beberapa pekan terakhir. Kenaikan tersebut lantaran harga gabah kering pungut (GKP) dan gabah kering giling (GKG) di tingkat petani meningkat.
Seorang petani, Didin, 55, warga Sambong mengatakan, harga gabah kering pungut (GKP) dan gabah kering giling (GKG) untuk sekarang memang merangkak naik cukup tinggi di tingkat petani karena masa panen tahun ini tidak merata setiap daerah. Pada panen kali ini, memang para petani menjual gabah kepada tengkulak karena harganya sangat menjanjikan.
"Harga gabah kering pungut (GKP) saat ini dijual Rp5.600, Rp5.800 per kilogram (kg) dan untuk gabah kering giling (GKG) Rp7.800 hingga Rp8.000 per kg. Kenaikan tersebut karena banyak tengkulak berani memborong lantaran masa panen raya tahun ini tidak merata di setiap kecamatan maupun daerah hingga kebutuhan gabah tidak melimpah," katanya, Kamis (23/10).
Ia mengatakan, kenaikan gabah di tingkat petani lantaran masa panen tidak merata di sejumlah daerah hingga perum Bulog juga tidak menerima gabah kering giling (GKG) di tingkat petani meski harganya Rp 6.500 perkg. Namun, dengan kondisi itu petani di berbagai daerah untuk sekarang menjual ke tengkulak termasuknya pengilingan padi dengan kualitas beras berbeda.
"Kami sudah beberapa kali menawarkan gabah kering giling (GKG) ke Perum Bulog, tetapi mereka menolak dengan alasan tak sesuai kualitas meski jenis beras di tingkat petani paling banyak beras mawar dan 64. Pada panen sekarang ini memang kualitasnya premium dan harga di pasaran Rp15 ribu hingga Rp17 ribu per kg," ujarnya.
Sementara itu, Teti, 54, warga Cigeureung, mengatakan, harga beras setiap kios pasar tradisional di Kota Tasikmalaya merangkak naik cukup tinggi dan membuat banyak warga kebingungan. Kenaikan beras untuk kualitas premium bervariatif mulai Rp14 ribu, Rp15 ribu, kualitas super Rp17 ribu per kg. Program beras murah yang digelar pemerintah daerah belum mampu menurunkan harga.
"Harga beras di pasaran sekarang ini belum normal malah merangkak naik meski sejak beberapa hari pemerintah daerah berupaya gelar pasar murah pada program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) tidak berdampak. Akan tetapi, beras yang dijual pemerintah kepada masyarakat memang rasanya hambar hingga uap menanak nasi tercium bau apek seperti nasi kemarin," pungkasnya. (E-2)