
DIREKTUR Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menyampaikan bahwa harga dan pasokan minyak dunia bakal bergantung terhadap lamanya perang yang terjadi antara Iran vs Israel.
"(Harga dan pasokan minyak) tergantung banyak hal ya, pertama tentunya dengan skala dari perang itu, serangan-serangannya ini sendiri apakah memang akan benar-benar menjadi serangan-serangan yang sifatnya permanen, sehingga menjadi perang terbuka benar-benar. Kalau sekarang kan serangan-serangan ini sifatnya masih sporadis misalnya, baik dia dari Israel ataupun juga dari Iran sendiri," ujar Yose saat dihubungi, Minggu (15/6).
Saat ini, sambung Yose, negara-negara Arab lainnya yang berlaku sebagai produsen minyak dunia pun tidak terlibat dalam perang antar kedua negara tersebut. Hal ini menjadi penguat bahwa harga dan pasokan minyak tidak akan terlalu berpengaruh meski kedua negara itu berperang.
Selain itu, Yose menilai bahwa supply chain dari minyak dunia tidak dipengaruhi oleh perang dari kedua negara itu, akan tetapi lebih kepada ketidakpastian global yang ada.
"Tadi saya katakan bahwa negara-negara Arab terutama yang memproduksi minyak itu tidak terlibat di dalam konflik yang sekarang ini terjadi. Itu tidak ada serangan-serangan ataupun pasokan-pasokannya tetap menjadi cukup terjamin, produksi mereka terus berjalan," bebernya.
Kendati demikian, ia pun tidak menampik bahwa terjadi kenaikan harga minyak dunia dalam 4-5 hari belakangan. Akan tetapi, dirinya menilai bahwa kenaikan harga minyak tersebut bukan karena pasokan yang berkurang, tetapi lebih dikarenakan ketidakpastian dunia yang terjadi.
"Jadi kalau saya melihatnya dari sisi fundamental tidak terlalu kelihatan ada gejolak sebenarnya. Jadi uncertainty-nya makin berkurang tentunya (harga minyak) akan kembali lagi," imbuhnya.
Di samping itu, Yose meyakini bahwa saat ini bisnis dunia sudah bisa mengantisipasi apabila nantinya harga minyak dunia akan melonjak akibat perang dari Iran dan Israel.
"Kalau menurut saya untuk (harga dan pasokan) minyak ke depan-depannya dalam jangka waktu yang lebih panjang, itu kalau konflik ini menjadi konflik yang lebih besar, yang berkepanjangan, bisnis dunia itu akan mencari alternatif-alternatif baru dengan cepat. Sehingga misalnya pergeseran ke renewable energy dengan lebih cepat, adopsi dari electric vehicle yang lebih cepat, perekonomian dunia itu akan beradaptasi dengan cepat," pungkasnya. (Fal/M-3)