
HAMAS mengecam rekomendasi lembaga keamanan Israel untuk membatasi salat umat Islam di Masjid Al-Aqsa selama bulan Ramadan yang dimulai Jumat (28/2) ini.
Dalam pernyataan Telegram, Hamas menyerukan kepada Muslim Palestina di Tepi Barat dan Jerusalem Timur serta warga Arab Israel untuk melakukan perjalanan ke Masjid Al-Aqsa dalam jumlah besar dan menentang upaya Israel untuk menodai dan mengendalikan situs tersebut dengan cara apa pun.
Pernyataan itu muncul setelah laporan media berbahasa Ibrani yang mengeklaim bahwa lembaga keamanan Israel berencana mengizinkan hanya 10.000 warga Palestina Tepi Barat untuk memasuki kompleks al-Aqsa untuk salat Jumat, asalkan mereka mengajukan permintaan terlebih dahulu. Mantan tahanan yang dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata saat ini tidak akan diizinkan memasuki kompleks tersebut.
Pada Jumat terakhir Ramadan tahun lalu, sekitar 120.000 orang mendirikan salat di Al-Aqsa--dalam pengamanan ketat--tanpa insiden besar, meskipun ketegangan meningkat terkait perang di Jalur Gaza.
Namun, lokasi tersebut menjadi titik api, setelah terjadi bentrokan yang sering terjadi antara warga Palestina dan pasukan keamanan Israel selama bertahun-tahun.
Pejabat keamanan juga merekomendasikan agar hanya mengizinkan masuk anak-anak yang lebih muda dan orang dewasa yang lebih tua, yaitu anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun, pria yang berusia di atas 55 tahun, atau perempuan yang berusia di atas 50 tahun, menurut laporan tersebut. IDF mengeluarkan pembatasan usia yang sama untuk warga Palestina di Tepi Barat tahun lalu.
Rekomendasi tersebut menyusul serangkaian diskusi antara IDF, Kementerian Pertahanan, Kepolisian Israel, Shin Bet, dan Dinas Penjara Israel. Pasukan keamanan belum mengumumkan kebijakan resmi terkait akses Muslim ke lokasi tersebut.
Siaran publik Kan melaporkan bahwa 3.000 personel keamanan akan dikerahkan di pos pemeriksaan setiap hari di bulan suci yang semakin dekat. (The Times of Israel/I-2)