
MENTERI Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menyebut penempatan dana Rp200 triliun di bank-bank milik negara (Himbara) mulai memicu peningkatan permintaan masyarakat dan aktivitas ekonomi sektor riil.
"Kelihatannya strategi ini berhasil, karena demand mulai tumbuh lagi. Sesuai teori ekonomi, kalau likuiditas cukup, maka permintaan akan meningkat,” ujarnya dalam konferensi pers APBN Kinerja dan Fakta (KiTa) di Jakarta, Selasa (14/10).
Ia menjelaskan dari total dana yang ditempatkan, hingga akhir September lebih dari Rp112 triliun atau 56% telah kembali tersalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit produktif. Artinya, lebih dari separuh dana tersebut telah bekerja untuk menopang konsumsi, investasi, dan pertumbuhan ekonomi nasional.
"Inisiatif ini bukan hanya soal likuiditas, melainkan juga menciptakan multiplier effect, dengan menurunkan cost of fund, mendorong pembiayaan sektor riil, dan menjaga momentum pemulihan ekonomi,” jelasnya.
Purbaya menuturkan, kebijakan penempatan dana tersebut berdampak nyata terhadap peredaran uang di sistem keuangan. Indikator M0 (base money) tumbuh 13,2%, setelah sebelumnya stagnan di kisaran 0%.
Selain itu, langkah ini turut menurunkan suku bunga pasar antarbank (PUAB), seperti IndONIA yang turun dari 4,59% menjadi 4,04%. Sedangkan, JIBOR (Jakarta Interbank Offered rate) 7D turun dari 5,17% menjadi 4,86%
"Artinya, uang yang kita gelontorkan benar-benar bekerja di sistem keuangan domestik, bukan di tempat lain. Penurunan suku bunga ini akan berdampak pada penurunan bunga pinjaman ke depan. Jadi, dampak kebijakan kita nyata,” ujar Purbaya.
Dengan likuiditas sistem keuangan yang ample atau sangat memadai, pemerintah optimistis perekonomian nasional akan terus tumbuh stabil hingga akhir tahun. (E-4)