Astronom Gianluca Masi tangkap foto langka. Komet Lemmon tampak diselimuti jejak meteor spiral. (Gianluca Masi)
SEORANG astronom di Italia berhasil menangkap pemandangan langit yang langka. Dengan menggunakan teleskop yang diarahkan ke atas wilayah Manciano. Gianluca Masi berhasil merekam momen ketika komet tampak diselimuti jejak meteor yang berputar seperti spiral.
Dalam citra yang diabadikannya, kedua objek langit itu tampak berkilau berdampingan. Menciptakan tampilan yang menyerupai pola bergaris seperti tongkat barber shop di angkasa.
Fenomena tersebut terjadi akibat perbedaan jarak yang sangat besar antara meteor dan komet. Meteor berada di atmosfer Bumi, sementara komet yang tertangkap dalam foto berjarak sekitar 100 juta kilometer.
“Dalam foto ini, cahaya sisa meteor tampak melingkar di sekitar ekor ion komet. Itu merupakan keajaiban perspektif yang murni,” ujar Masi, pendiri The Virtual Telescope Project. Ia menjelaskan cahaya berkelok yang tampak di sekitar komet berasal dari efek atmosfer akibat lintasan meteor berkecepatan tinggi.
Komet yang terlihat dalam foto itu adalah C/2025 A6 (Lemmon), salah satu dari tiga komet yang sedang menarik perhatian para pengamat langit. Dua lainnya adalah Komet R2 (SWAN) dan 3I/ATLAS.
Komet Lemmon mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi pada 21 Oktober, menjadi yang paling terang di antara ketiganya. Selama beberapa hari, komet tersebut masih dapat diamati menggunakan teleskop kecil atau teropong bintang.
Masi melakukan pengamatan pada Jumat (24/10) malam. Ia mendapati ekor panjang berwarna biru yang tampak jelas. Hasil dari gas terionisasi yang menguap dari permukaan komet dan tertiup angin matahari.
Namun, selama pengamatan berlangsung, muncul pula cahaya tipis menyerupai pita di dekat komet. Cahaya itu merupakan sisa jejak ion yang ditinggalkan oleh meteor yang menembus atmosfer Bumi.
Menurut Masi, fenomena tersebut berkaitan dengan proses ionisasi oksigen molekuler di atmosfer yang terjadi saat meteor melintas. Kemudian menghasilkan pancaran cahaya saat molekul kembali bereaksi.
Berdasarkan data NASA, meteor dapat melaju hingga lebih dari 160.000 kilometer per jam. Meski bergerak sangat cepat, jejaknya bisa bertahan di langit selama beberapa menit. Dalam rentang waktu itu, angin di berbagai lapisan atmosfer membentuk pola berkelok yang terlihat dalam hasil foto Masi.
Ia juga membagikan video time-lapse di YouTube yang menunjukkan bagaimana jejak bercahaya tersebut bergerak di depan komet selama beberapa menit. Fenomena meteor spiral seperti ini tergolong jarang diamati.
Penelitian pada tahun 1980-1990 memperkirakan hanya sekitar 0,5% meteor yang meninggalkan jejak tidak lurus. Meski angka itu belum pasti karena keterbatasan teknologi saat itu.
Peristiwa ini terjadi bertepatan dengan puncak hujan meteor Orionid pada 20-21 Oktober, yang berasal dari sisa debu Komet Halley. Hujan meteor tersebut masih akan berlangsung hingga 7 November. (Live Science/Z-2)


















































