Dian Sastrowardoyo(MI/Abi)
AKTRIS senior Dian Sastrowardoyo hadir dalam gelaran Jakarta Fashion Week (JFW). Dirinya menyampaikan tentang pentingnya melawan ageism atau diskriminasi berdasarkan usia.
Dalam sesi temu media, Dian berbagi pengalaman pribadinya tentang bagaimana ia terus berkarya dan berani memulai hal baru meski telah menginjak usia 40 tahun. Ia mengaku bahwa justru di usia matang, dirinya merasa lebih siap dan percaya diri untuk menapaki langkah baru di dunia profesional.
“Aku baru membuka perusahaan film dan juga Parama Talents di usia 40 tahun, usia yang lebih matang justru bikin kita lebih tahu apa yang ingin kita tekuni. Kedewasaan membuat kita lebih siap berkomitmen terhadap apa pun yang kita mulai," ujar Dian kepada para awak media di Jakarta, Sabtu (1/11/2025).
Menurut Dian, perlawanan terhadap ageism bukan hanya soal menjaga penampilan atau melakukan perawatan diri, melainkan juga tentang keberanian untuk menembus batasan sosial dan membuktikan bahwa usia tidak menentukan kemampuan seseorang.
“Kadang justru di usia yang lebih dewasa, perempuan baru merasa cukup matang dan berpengetahuan. Itu seharusnya jadi sumber kepercayaan diri, bukan penghalang,” lanjut aktris pemeran Cinta dalam film AADC tersebut.
Fenomena ageism sendiri bukan hal sepele. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ageism adalah bentuk stereotip, prasangka, dan diskriminasi terhadap seseorang berdasarkan usia, baik kepada orang lain maupun diri sendiri. Diskriminasi ini bisa muncul dalam cara berpikir, perasaan, atau tindakan, dan bisa terjadi di mana saja.
WHO mencatat bahwa 1 dari 2 orang di dunia memiliki pandangan ageist terhadap orang lanjut usia, sementara di Eropa, justru anak muda melaporkan lebih banyak pengalaman diskriminasi usia dibanding kelompok lainnya. Ageism terbukti berdampak luas terhadap kesehatan, kesejahteraan, serta hak asasi manusia seseorang.
Namun, WHO juga menegaskan bahwa ageism bisa dilawan melalui pendidikan, kebijakan yang inklusif, dan interaksi lintas generasi yang mampu mengubah cara pandang masyarakat terhadap proses penuaan.
Bagi Dian Sastro, perlawanan terhadap ageism dimulai dari diri sendiri, dengan tetap berani mencoba hal baru di usia berapa pun. Ia pun berharap perempuan Indonesia tak ragu mengejar mimpi, tanpa terikat oleh angka usia.
“Ageism bisa berhenti saat kita percaya bahwa tidak ada usia yang terlalu muda untuk memulai sesuatu, dan tak ada usia yang terlalu tua untuk mencoba hal baru,” ujarnya.
Sumber: WHO


















































