3 hours ago
1
Kondisi Gaza.(Al-Jazeera)
EMPAT warga Palestina dilaporkan tewas pada Senin (20/10) waktu setempat akibat tembakan pasukan Israel di Kota Gaza. Insiden itu terjadi di tengah gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas yang mulai berlaku sejak 10 Oktober.
Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmud Bassal, mengatakan keempat korban ditembak dalam dua peristiwa terpisah pada pagi hari.
"Mereka menjadi sasaran tembakan ketika sedang kembali ke rumah mereka di kawasan Al-Shaaf, sebelah timur lingkungan Al-Tuffah, di bagian timur Kota Gaza," ujarnya.
Bassal menegaskan para korban bukan bagian dari kelompok bersenjata melainkan warga yang hendak memeriksa kondisi rumahnya pascaperang.
Militer Israel, di sisi lain, mengeklaim pasukannya menembak milisi yang melintasi Garis Kuning dan mendekati tentara di daerah Shujaiya, wilayah yang berbatasan langsung dengan Al-Tuffah.
Garis Kuning merupakan batas zona penarikan pasukan Israel berdasarkan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas.
Sejak gencatan senjata dimulai, terjadi sejumlah pelanggaran di berbagai titik. Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, sedikitnya 80 orang telah tewas akibat bentrokan dan serangan sejak perjanjian damai diberlakukan.
Sehari sebelumnya, militer Israel mengaku melancarkan puluhan serangan udara ke posisi Hamas di berbagai wilayah Gaza setelah dua tentaranya tewas dalam pertempuran.
Israel menyebut serangan itu sebagai balasan atas tudingan pelanggaran gencatan senjata. Namun, Hamas membantah terlibat dalam serangan terhadap pasukan Israel dan menuding Tel Aviv mencari alasan untuk melanjutkan perang.
Ratusan ribu warga Palestina dilaporkan mulai kembali ke wilayah utara Gaza sejak gencatan senjata diumumkan, meski sebagian besar mendapati rumah mereka telah hancur menjadi puing.
Sementara itu, PBB menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya kekerasan di Gaza. PBB mendesak semua pihak mematuhi gencatan senjata.
"Kami menyerukan kepada semua pihak untuk menepati komitmen mereka, melindungi warga sipil, dan menghindari tindakan yang dapat memicu kembalinya pertempuran serta menghambat operasi kemanusiaan," kata juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric. (AFP/I-2)
