
Pada tahun 1986, Kim Wan-sun memulai debutnya di usia 17 tahun melalui album pertamanya berjudul Tonight. Penampilannya yang energik dengan gerakan tari yang khas, berani, dan provokatif langsung membuat publik terpikat.
Dalam kurun waktu lima tahun setelah debutnya, Kim mendominasi dunia musik pop Korea dan menjadi penyanyi wanita pertama yang mencapai puncak kesuksesan di industri tersebut. Antara tahun 1987 hingga 1991, ia secara konsisten dinobatkan sebagai penyanyi terbaik dan dijuluki “Madonna Korea.”
Popularitas Kim meluas hingga ke luar negeri, termasuk Jepang, Hong Kong, dan Taiwan. Di Taiwan, ia meraih keberhasilan besar dengan penjualan album yang melampaui 500.000 kopi, sebuah pencapaian luar biasa yang menegaskan posisinya sebagai salah satu pelopor awal K-pop.
Hampir empat dekade setelah masa kejayaannya, Kim kini kembali ke dunia seni, bukan melalui musik, melainkan melalui lukisan. Ia tengah menggelar pameran bertajuk “Art Beyond Fame” bersama Kim Chang-hoon, mantan anggota band rock legendaris Sanullim, di Gallery Marie, Distrik Jongno, Seoul.
Dalam pameran tersebut, Kim menampilkan sembilan karya lukisan diri. Kecuali satu lukisan tubuh penuh yang dipajang di pintu masuk galeri. Sebagian besar karyanya menampilkan dirinya dari samping atau belakang, sering kali digambarkan dengan air mata.
“Saya membuat karya ini sambil memikirkan hubungan saya dengan diri sendiri, mencoba menemukan kembali siapa saya setelah kehilangan jati diri. Mungkin karena itu lukisan-lukisan ini terasa lebih gelap” ungkap Kim mengutip dari wawancaranya bersama The Korea Times.
Meskipun bukan pameran pertamanya, Kim merasa lebih terikat dengan pameran kali ini karena seluruh karya yang dipamerkan merupakan hasil tangannya sendiri. Baginya, melukis adalah proses penemuan kembali diri.
Ia mengakui bahwa memulai karier di usia yang sangat muda membuatnya kehilangan arah dan identitas pribadi. “Saya tidak menyadarinya hingga jauh setelahnya. Melukis membantu saya menemukan kembali bagian diri yang hilang,” ujarnya.
Tema refleksi diri menjadi inti dalam setiap lukisannya. “Ini adalah perjuangan saya untuk menemukan diri saya kembali. Saat melihat foto-foto lama untuk inspirasi, saya merasa tenang,” tambahnya.
Di balik kesuksesannya di atas panggung, Kim juga menjalani kehidupan yang penuh tekanan dan perjuangan. Hubungannya dengan sang manajer sekaligus bibinya, Han Baek-hee, menjadi salah satu bagian paling rumit dalam hidupnya.
Han, seorang manajer talenta, melihat potensi Kim sejak awal dan membawanya masuk ke industri hiburan, meskipun mendapat penolakan dari orang tua Kim. Sebelum debut, ia menjalani tiga tahun pelatihan intensif terkait vokal dan tari di bawah pengawasan ketat bibinya. Kim kemudian mengaku bahwa pengawasan yang ekstrem, termasuk isolasi dari keluarga dan teman serta aturan diet yang keras membuat hubungan mereka tegang.
Namun, seiring waktu, Kim memilih untuk melihat masa lalu itu dengan rasa syukur. “Dia memiliki visi untuk saya. Ide untuk mengembangkan karier ke luar negeri juga berasal darinya. Semua yang saya capai saat itu terjadi berkat dia,” kata Kim dengan nada reflektif.
Selama masa di bawah manajemen ketat sang bibi, Kim nyaris tidak memiliki ruang untuk mengekspresikan sisi artistiknya di luar musik. Barulah di usia 30-an, ia mulai mengeksplorasi dunia seni rupa. “Saya mengikuti kursus melukis saat berada di Hawaii pada 2008. Rasanya luar biasa, saya benar-benar tenggelam dalam prosesnya. Dari situlah semuanya dimulai,” kenangnya.
Pandemi Covid-19 kemudian menjadi periode paling produktif dalam perjalanan artistiknya. Covid memberinya waktu untuk membangun portofolio lukisan yang substansial. Meski kini lebih fokus pada seni rupa, Kim tidak sepenuhnya meninggalkan musik. Ia tetap berkarya, namun dengan pendekatan yang lebih selektif.
Pada 2023, ia berkolaborasi dengan Park Jin-young, pendiri JYP Entertainment, dalam lagu Changed Man, dan awal 2025 ia merilis duet Lucky bersama Seulgi dari Red Velvet. Kim juga tampil dalam acara Dancing Queens on the Road, bersama bintang-bintang legendaris seperti Uhm Jung-hwa, Lee Hyo-ri, BoA, dan Hwasa, yang menampilkan perjalanan tur konser mereka di seluruh Korea.
Kini di usia 50-an, Kim memilih menjalani karier musiknya dengan lebih tenang sambil menyalurkan fokus dan energi pada melukis. Sebuah medium yang memberinya kebebasan penuh.
“Berbeda dengan musik yang membutuhkan banyak orang, melukis adalah sesuatu yang saya lakukan sepenuhnya sendiri, dan itu sangat menarik. Ini adalah sesuatu yang benar-benar pribadi. Saya tidak berniat mencari keuntungan darinya,” ujarnya.
Pameran Art Beyond Fame berlangsung hingga 13 November di Gallery Marie. Pada Sabtu mendatang, Kim dijadwalkan memberikan ceramah di galeri. Informasi lebih lanjut dapat ditemukan melalui akun Instagram @gallerymarie_. (koreatimes.co/Z-10)