Di Tengah Perang Tarif, Indonesia masih Punya Peluang Ekspor

5 hours ago 4
Di Tengah Perang Tarif, Indonesia masih Punya Peluang Ekspor Market Intelligence & Leads Management Chief Specialist Indonesia Eximbank Rini Satriani.(Dok. LPEI)

LEMBAGA Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank menilai Indonesia masih punya peluang memperluas pasar ekspor di tengah adanya perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

"Di tengah tantangan global seperti tarif baru dan perang dagang AS-Tiongkok, eksportir Indonesia masih memiliki peluang untuk memperluas pasar melalui kerja sama strategis seperti Trans-Pacific Partnership (TPP), BRICS, dan berbagai perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan negara-negara strategis lainnya," kata Market Intelligence & Leads Management Chief Specialist Indonesia Eximbank Rini Satriani dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (1/5).

Ia menjelaskan, komoditas seperti minyak sawit, perikanan (seperti ikan sarden), gula, dan produk rumah tangga masih memiliki potensi perdagangan yang besar di negara-negara BRICS dan TPP.

"Potensi perdagangan (unrealized potential) minyak sawit dan turunannya di negara-negara BRICS dan TPP mencapai US$9,8 juta. Ikan sarden memiliki potensi sebesar US$23 juta, komoditas gula mencapai US$5,4 juta, dan produk rumah tangga seperti sampo mencapai US$32,9 juta," tuturnya.

Menghadapi tantangan proteksionisme global yang terus berkembang, Indonesia perlu bersiap menghadapi realitas baru dalam keseimbangan arus perdagangan internasional.

"Eksportir nasional dituntut untuk mampu menangkap peluang melalui inovasi, sikap proaktif, serta daya saing yang agresif dengan terus mengeksplorasi pasar-pasar ekspor baru," kata Rini.

Ia menegaskan Indonesia Eximbank akan terus mendukung pelaku ekspor nasional tidak hanya melalui penyediaan fasilitas keuangan, tetapi juga melalui layanan nonkeuangan seperti penyediaan informasi pasar, identifikasi prospek buyer, analisis kondisi pasar tujuan, serta pendampingan berbasis keahlian guna meningkatkan kapabilitas dan pengetahuan strategis (knowledge asset) para eksportir Indonesia.

Lebih lanjut, dirinya menerangkan diversifikasi pasar merupakan langkah strategis yang perlu ditempuh untuk memperluas akses ekspor, salah satunya dengan memanfaatkan kerja sama ekonomi seperti Trans-Pacific Partnership (TPP), BRICS, dan berbagai peluang dari negara-negara mitra dagang strategis lainnya.

"Memang tidak mudah untuk mengalihkan pasar ekspor, namun hal ini dapat dicapai jika eksportir mampu mengidentifikasi buyer yang kredibel serta memiliki akses pasar yang tepat. Selama kualitas produk terus dijaga, loyalitas buyer akan tumbuh dan mendorong terjadinya repeat order secara berkelanjutan," katanya.

Dampak perang tarif antara AS dan Tiongkok sendiri terhadap ekspor Indonesia dinilai akan bersifat langsung dan tidak langsung. Sekitar 10% ekspor Indonesia ke AS akan terekspos langsung oleh kebijakan tarif resiprokal AS

Sementara itu, dampak tidak langsung akan dirasakan melalui rivalitas yang tinggi akibat pengalihan ekspor dan rantai pasok dari Tiongkok ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Meski demikian, Indonesia tetap optimistis menatap prospek ekspor jangka menengah dan panjang.

Di tengah tensi perdagangan global yang belum sepenuhnya mereda, kewaspadaan terhadap kebijakan tarif dan proteksionisme tetap diperlukan.

Namun, peluang pasar baru melalui skema kerja sama internasional dan perluasan akses ke negara mitra dagang nontradisional menjadi ruang tumbuh yang perlu dimaksimalkan oleh pelaku ekspor nasional. (Ant/E-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |