
ADA yang berbeda di momen Hari Raya Idul Fitri 1446 H, saat acara Open House yang digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung Jawa Barat (Jabar) di Pendopo Kota Bandung Senin (31/3), yakni dibunyikannya kembali degung yang berada di pendopo setelah lebih dari 10 tahun.
Degung tersebut dibuat pada 1912 dan terakhir kali berbunyi sekitar satu dekade yang lalu. Setelah dilakukan perbaikan selama dua minggu, instrumen khas Sunda ini akhirnya kembali mengalun, menambah kesan sakral pada acara silaturahmi Idulfitri.
"Kita mengadakan open house yang sederhana. Pendopo memang kita buat dengan nuansa yang sedikit berbeda, dengan kembali menampilkan dengung yang sudah lama tidak dimainkan," kata Wali Kota Bandung Muhammad Farhan.
Menurut Farhan, dirinya bahagia menyambut masyarakat dari berbagai daerah yang datang ke pendopo. Ini sejalan dengan visinya menjadikan pendopo sebagai ruang terbuka bagi warga Bandung, bukan hanya sebagai kediaman resmi wali kota.
"Kami memang sengaja membuka pendopo ini untuk umum karena kami ingin menjadikannya sebagai rumah publik, bukan hanya rumah pribadi. Akan ada banyak kegiatan publik di sini, termasuk ruang pamer karya-karya budayawan dan seniman terbaik Kota Bandung,” jelas Farhan.
Sementara itu momen berbeda juga terlihat di Rumah Dinas Gubernur Jabar, Bale Pakuan Kota Bandung yang mengadakan Festival Dulag Istimewa Ajang Lestarikan Tradisi Sambut Lebaran.
"Festival Dulag Istimewa bertujuan untuk melestarikan tradisi masyarakat Jabar dalam menyambut Idul Fitri. Menabuh dulag (memukul bedug) merupakan sebuah kebiasaan dalam tradisi Islam kultural di Indonesia, itu mengenal yang namanya memukul bedug," terang Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi.
Menurut Dedi, untuk merawat tradisi itu, dirinya menginisiasi Festival Dulag Istimewa. Bedug yang ditabuh menandakan kegiatan spiritualitas dalam memasuki hari-hari ganjil di bulan Ramadan. Memasuki baju Lebaran orang menyebutnya meuli (beli) baju bedug.
"Bedug itu pertanda bagi kegiatan-kegiatan spiritualitas memasuki hari ganjil. Jadi kalau puasa memasuki hari ganjil, mulai memukul bedug," beber Dedi.
Dedi menambahkan, tujuan dilaksanakannya kegiatan tersebut yaitu untuk melestarikan dan mengembangkan seni tradisi dan warisan budaya “Ngadulag”.
Tidak lupa, Dedi menyebut kegiatan ini dapat mengenalkan seni tradisi dan budaya ke generasi sekarang, agar terus eksis dan tidak hilang ditelan zaman.
Ngadulag adalah tradisi memukul bedug yang dilakukan oleh masyarakat Sunda pada waktu-waktu tertentu, seperti menjelang dan selama bulan Ramadan hingga Idulfitri. Tradisi ini merupakan bagian dari warisan budaya Sunda yang kaya akan nilai-nilai kebersamaan, pelestarian budaya, syiar agama dan kegembiraan.
Adapun peserta dari Festival Dulag Istimewa tersebut diikuti oleh 27 kabupaten kota se-Jabar dan 27 peserta dari perangkat daerah di Lingkungan Pemprov Jabar. (Z-1)