(MI/HO)
KOLABORASI lintas sektor kesehatan dan pertahanan menjadi sorotan dalam pembukaan The 2nd International Military Medicine Symposium & Workshop (Imedic 2025) yang digelar di Jakarta. Sinergi lintas lembaga menjadi kunci untuk memperkuat sistem kesehatan nasional.
"Langkah kolaboratif ini sangat penting dalam menghadapi ancaman biomedis dan membangun pertahanan kesehatan yang tangguh," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan tertulis, Senin (27/10).
Senada, Wamenhan Marsekal Donny Ermawan menekankan bahwa biosecurity dan biosafety merupakan bagian integral dari ketahanan negara. "Kolaborasi antara Kemenkes, Kemenhan, lembaga riset, dan organisasi internasional menjadi fondasi dalam membangun sistem kesehatan militer yang adaptif," ungkapnya.
Presiden WOCS dan WOCPM yang berbasis di Paris, Prof. Dr. Deby Vinski, turut menyuarakan pentingnya memperkuat kolaborasi global di bidang kedokteran preventif dan regeneratif. "Kehadiran para tokoh internasional di Imedic 2025 mencerminkan kontribusi nyata Indonesia dalam riset kedokteran militer, biosecurity, dan teknologi kesehatan berbasis stem cell serta quantum medicine," tutur Deby.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, IMEDIC 2025 juga menggelar paparan ilmiah, business matching, penandatanganan kerja sama strategis, serta pameran inovasi teknologi medis. Imedic 2025 menjadi momentum penting bagi Indonesia dalam memperkuat ketahanan nasional di bidang kesehatan sekaligus memperluas jejaring kolaborasi ilmiah internasional.
Kehadiran Deby sebagai pelopor stem cell dan teknologi quantum medicine menegaskan posisi Indonesia di panggung dunia sebagai negara yang aktif berkontribusi dalam pengembangan kedokteran preventif, regeneratif, dan keamanan biologis. Tahun ini, Imedic menyoroti pentingnya kesiapsiagaan dan keamanan biologis di tengah tantangan global. (I-2)


















































