
DIREKTUR Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menyatakan, banyak warga yang memilih untuk tidak mudik pada Lebaran tahun ini karena tingginya biaya perjalanan, sementara pendapatan masyarakat cenderung stagnan dan tidak mengalami kenaikan signifikan.
Meski masyarakat menerima tunjangan hari raya (THR) atau uang pesangon akibat pemutusan hubungan kerja (PHK), dana tersebut lebih diprioritaskan untuk kebutuhan hidup pasca-Lebaran, bukan untuk keperluan mudik.
"Karena daya beli yang melemah, banyak masyarakat memilih untuk menabung demi memenuhi kebutuhan hidup dalam beberapa bulan ke depan," ujar Esther dalam webinar Launching Survei Mudik 2024 oleh Kedaikopi, Senin (14/4).
Ia menuturkan, masyarakat mesti berpikir dua kali untuk mudik. Mereka harus mempertimbangkan biaya transportasi, oleh-oleh, hingga uang yang akan diberikan kepada sanak saudara di kampung.
Hal tersebut tecermin dari penukaran uang baru yang menurun signifikan. Merujuk data Bank Indonesia, pada 2024 penukaran uang mencapai Rp197 triliun, sementara pada 2025 hanya Rp180 triliun. Artinya, ada penurunan sebanyak Rp17 triliun.
Faktor lain yang membuat masyarakat ogah mudik kali ini lantaran adanya kontraksi ekonomi akibat efisiensi anggaran pemerintah. Sektor bisnis yang biasanya sangat bergantung pada tender-tender pemerintah kini mengalami penurunan aktivitas.
Dampaknya, ucap Esther, pendapatan masyarakat ikut turun.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Riset dan Komunikasi Lembaga Survei Kedaikopi Ibnu Dwi Cahyo memaparkan, berdasarkan Survei Mudik 2025, 59,9% responden menyatakan adanya peningkatan biaya transportasi pada mudik Lebaran tahun ini.
Berikutnya, 57,5% merasa biaya kebutuhan kuliner di daerah mudik juga melonjak. Kemudian, 54,3% responden menyebut adanya peningkatan biaya konsumsi di perjalanan mudik, 52,7% mengaku ada lonjakan biaya mengunjungi tempat wisata, dan 53,1% responden mengaku pemberian uang Lebaran kepada kerabat juga naik.
"Jadi, sebanyak 59,9% responden merasa biaya transportasi semakin naik jika dibandingkan dengan tahun lalu," jelas Ibnu.
Sabtu (12/4), Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi menyebut, realisasi jumlah orang yang melakukan perjalanan dalam dan antarprovinsi se-Indonesia pada masa Lebaran 2025 mencapai 154,6 juta orang, turun 4,69% jika dibandingkan dengan realisasi 2024 yang mencapai 162,2 juta orang.
Ia menyebut jumlah penurunan itu tidak signifikan dan tak terkait dengan penurunan daya beli masyarakat.
"Saya harapkan bahwa mungkin itu adalah pilihan-pilihan masyarakat yang mungkin ingin berlebaran di tempat masing-masing seperti di Jakarta. Tapi saya rasa dengan hanya penurunan 4,69%, itu bukan sebuah angka yang signifikan apabila dibandingkan dengan tahun kemarin," katanya. (Ins/E-1)