
CANCEL culture di Korea Selatan adalah fenomena sosial di mana individu, terutama selebriti dan figur publik, dikritik dan dikucilkan oleh masyarakat karena tindakan atau pernyataan yang dianggap kontroversial. Fenomena ini sangat kuat di Korea karena pengaruh besar dari netizen (K-Netz) dan media yang cepat menyebarkan isu.
Penyebab Cancel Culture di Korea Selatan
Cancel culture bisa terjadi karena berbagai alasan, di antaranya:
-
Bullying di Sekolah (School Violence)
Banyak figur publik yang dibatalkan setelah dugaan perundungan di masa lalu terungkap. Korea memiliki kesadaran tinggi terhadap kasus bullying, sehingga skandal ini sering menjadi perbincangan besar.
-
Komentar Rasis atau Seksis
Pernyataan yang dianggap tidak sensitif terhadap ras, gender, atau kelompok tertentu sering kali memicu reaksi keras dari publik.
-
Dugaan Pelecehan Seksual
Tuduhan terkait pelecehan, meskipun belum terbukti, bisa berdampak besar terhadap karier seseorang.
-
Tindakan Ilegal
Selebriti atau figur publik yang terlibat dalam kasus narkoba, perjudian, atau penghindaran pajak sering kali langsung dikritik dan dikucilkan.
-
Skandal Kencan
Dalam industri K-Pop, skandal kencan masih menjadi isu sensitif, terutama jika penggemar merasa kecewa dengan idola mereka.
Dampak Cancel Culture di Korea Selatan
Cancel culture memiliki dampak yang cukup besar, baik secara positif maupun negatif.
Dampak Positif
✅ Meningkatkan Kesadaran Sosial – Membantu meningkatkan kesadaran akan isu-isu penting seperti bullying, pelecehan, dan diskriminasi. ✅ Menegakkan Akuntabilitas – Figur publik menjadi lebih berhati-hati dalam bertindak dan berbicara. ✅ Memberikan Keadilan bagi Korban – Kasus yang sebelumnya tidak mendapat perhatian kini lebih mudah diangkat ke publik.
Dampak Negatif
❌ Hukuman Sosial Tanpa Bukti – Banyak figur publik dihukum secara sosial meskipun belum terbukti bersalah. ❌ Karier yang Hancur Permanen – Beberapa orang kehilangan pekerjaan dan sulit kembali ke industri hiburan. ❌ Tekanan Psikologis yang Berat – Banyak selebriti mengalami depresi dan kecemasan akibat tekanan dari publik dan media.
Contoh Kasus Cancel Culture di Korea Selatan
Berikut beberapa kasus cancel culture yang pernah terjadi di Korea Selatan:
1. Seo Ye-ji (2021)
Aktris ini terlibat skandal setelah dituduh mengontrol dan memanipulasi mantan pacarnya, Kim Jung-hyun. Akibatnya, banyak proyek yang membatalkan kontraknya dan kariernya sempat menurun drastis.
2. Kim Seon-ho (2021)
Aktor drama Hometown Cha-Cha-Cha sempat terkena cancel culture karena dugaan skandal dengan mantan pacarnya. Namun, setelah beberapa waktu, terungkap bahwa tuduhan tersebut tidak sepenuhnya benar, dan dia mulai kembali ke dunia hiburan.
3. Soojin eks (G)I-DLE (2021)
Dituduh melakukan bullying saat sekolah, meskipun belum ada bukti konkret. Akibatnya, ia dikeluarkan dari grup dan hingga kini belum kembali ke industri hiburan.
4. Jisoo eks-LOONA (2021)
Jisoo mengalami cancel culture setelah dituduh melakukan perundungan di sekolah. Meskipun kasusnya tidak terbukti, ia tetap dikeluarkan dari grup LOONA.
Bagaimana Selebriti Menghadapi Cancel Culture?
Untuk mengatasi cancel culture, banyak selebriti Korea memilih beberapa strategi, seperti:
-
Mengeluarkan Pernyataan Resmi – Klarifikasi atau permintaan maaf sering kali dikeluarkan melalui media sosial atau agensi mereka.
-
Menghilang Sementara dari Publik – Beberapa figur publik memilih untuk hiatus agar kontroversi mereda.
-
Tindakan Hukum terhadap Pihak yang Menyebarkan Hoaks – Banyak agensi mengambil langkah hukum terhadap penyebar rumor palsu.
-
Muncul Kembali dengan Citra Baru – Selebriti yang terkena cancel culture sering mencoba kembali dengan proyek baru setelah beberapa waktu.
Cancel culture di Korea Selatan adalah fenomena yang kuat dan berdampak besar terhadap dunia hiburan dan masyarakat secara luas. Meskipun bisa meningkatkan kesadaran sosial, cancel culture juga memiliki sisi negatif yang dapat merusak karier seseorang tanpa adanya bukti konkret. Oleh karena itu, penting bagi publik untuk lebih bijak dalam menyikapi isu-isu yang beredar di media sosial.