Buku Sejarah Indonesia 2025 Penyangga Bangsa di Tengah Hoaks dan Pseudohistori

5 hours ago 2

loading...

Menteri Kebudayaan Fadli Zon memberikan keterangan pers usai soft launching Buku Sejarah Indonesia: Dinamika Kebangsaan dalam Arus Global di Jakarta, Minggu (14/12/2025). Foto/Dok. SindoNews

JAKARTA - Buku Sejarah Indonesia 2025: Dinamika Kebangsaan dalam Arus Global dinilai relevan dalam menjawab tantangan globalisasi, disrupsi informasi, hoaks, dan pseudohistori yang berpotensi melemahkan pilar kebangsaan. Hal ini disampaikan Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro, Singgih Tri Sulistiyonosaatsoft launching buku tersebut di Jakarta, Minggu(14/12/2025).

“Ini waktu yang tepat ketika bangsa menghadapi globalisasi, disrupsi, hoaks, dan pseudohistori yang memperlemah pilar kebangsaan . Karena itu, kita perlu menemukan kembali identitas keindonesiaan yang semakin lama semakin tergerus,” katanya. Baca juga: Sempat Tuai Kritik, Fadli Zon Resmikan Buku Penulisan Sejarah Ulang Indonesia

Singgih mengatakan, buku ini menghadirkan kebaruan penting, baik dari sisi temuan maupun pendekatan. Menurutnya, kredibilitas akademik buku ini diperkuat keterlibatan para editor jilid dari berbagai institusi.

Mereka antara lain dari Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Hasanuddin, Universitas Andalas, Universitas Diponegoro, Universitas Jember, Universitas Negeri Padang, Universitas Islam Internasional Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan universitas lainnya, serta Masyarakat Sejarawan Indonesia. Keberagaman latar belakang editor memastikan tidak adanya dominasi perspektif tunggal dalam penyusunan narasi sejarah.

“Kebaruan buku ini berasal dari temuan-temuan sejarah dalam kurun waktu sekitar 20 tahun terakhir, serta pendekatan metodologi yang Indonesia-sentris, berangkat dari otonomi sejarah, tetapi tetap ditempatkan dalam konteks global,” jelasnya.

Ia menjelaskan sejarah Indonesia tidak dapat dilepaskan dari interaksi internasional. Pelayaran dan perdagangan Nusantara dengan berbagai bangsa telah membentuk kebudayaan yang khas. Perjumpaan dengan Barat melahirkan kolonialisme yang kemudian memicu antitesis dan perjuangan panjang hingga mencapai kemerdekaan.

“Setelah itu, sejarah bergerak pada upaya mempertahankan kemerdekaan, memasuki era 1950-an ketika Soekarno tampil sebagai pemimpin dunia, hingga masa pembangunan di era Soeharto. Semua itu dirangkai dalam satu alur besar dinamika kebangsaan,” ujarnya.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |