Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (Kanan).(MI/Insi Nantika Jelita)
                            GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan masih ada ruang bagi BI untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) sebelum tutup tahun. BI masih membaca kondisi inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah sebelum memutuskan besaran dan waktu penurunannya.
Sepanjang tahun ini, BI telah menurunkan BI rate sebanyak lima kali, dengan penurunan terakhir terjadi pada September 2025 menjadi 4,75%.
"Apakah masih ada ruang penurunan BI rate? Kami sampaikan tentu saja ada. Kapan dan besarnya itu kami pertimbangkan berdasarkan seberapa besar inflasi ke depan dan stabilitas nilai tukar rupiah," katanya dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) IV Tahun 2025 di Gedung Bank Indonesia Jakarta, Senin (3/11).
Perry menegaskan, BI akan terus mencermati efektivitas transmisi kebijakan moneter longgar yang telah ditempuh, pergerakan nilai tukar rupiah, serta prospek pertumbuhan ekonomi nasional.
"Singkatnya, dari pertimbangan inflasi dan dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi, jawabannya iya, masih ada ruang penurunan BI rate lebih lanjut," ucapnya.
"Tapi, kapan dan juga besarnya, itu akan didasarkan pada stabilitas nilai tukar rupiah," sambungnya.
BI menilai ruang pelonggaran kebijakan moneter masih terbuka, namun akan dilakukan secara hati-hati dan terukur, dengan mempertimbangkan dinamika global serta stabilitas ekonomi domestik.
Perry kemudian menyinggung arah kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), federal funds rate (FFR). Menurutnya, setelah penurunan terakhir pada Oktober 2025, BI memperkirakan FFR masih akan turun satu kali lagi pada akhir tahun ini dan sekali lagi pada Januari 2026.
"Pasar memperkirakan masih ada dua kali penurunan pada tahun ini dan sekali tahun depan. Namun kami memperkirakan satu kali tahun ini dan satu kali di awal tahun depan," pungkasnya. (Ins/E-1)


















































