
PEMERINTAH melalui Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan Republik Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Bina Warga Indonesia memberikan keterampilan kepada narapidana. Pelatihan yang akan diberikan berbasis produktivitas dan mendukung reintegrasi sosial warga binaan secara berkelanjutan.
Kolaborasi ini merupakan bagian dari program unggulan Yayasan Bina Warga Indonesia bertajuk Reintegrasi Produktif, yang dirancang untuk memberdayakan narapidana agar mampu hidup mandiri, produktif, dan terhormat ketika kembali ke masyarakat. Program ini dilandasi keyakinan bahwa setiap warga binaan layak mendapatkan kesempatan kedua untuk bekerja, berkarya, dan membangun kembali hubungan keluarga yang sehat.
Mampu Berwiraswasta?
Menurut Ketua Yayasan Bina Warga Indonesia Andi Fahrul Amsal kedua belah pihak secara resmi menjalin kemitraan strategis yang ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman. Lewat kerja sama ini, pihaknya ingin memperluas akses pelatihan keterampilan seperti kewirausahaan dan sertifikasi kerja.
"Tujuannya tidak hanya untuk warga binaan di dalam lapas, tapi juga agar manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh keluarga mereka,” ujarnya dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin (19/5).
Lapas tak Sekedar Tempat Binaan?
Dari pihak pemerintah, Direktur Bimbingan Narapidana dan Latihan Kerja Marshudi yang mewakili Dirjen Pemasyarakatan Reynhard Silitonga. Dia menyatakan dukungannya atas inisiatif ini. Ia menekankan pentingnya menjadikan lembaga pemasyarakatan sebagai pusat pembinaan, pelatihan, dan juga produksi.
“Kami ingin lapas tidak hanya menjadi tempat pembinaan, tapi juga berfungsi sebagai industri dan pusat keterampilan, baik bagi pegawai maupun warga binaan,” jelasnya.
Marshudi juga mengungkapkan rencana pembukaan Balai Latihan Kerja (BLK) di Pulau Nusakambangan yang ditargetkan mulai beroperasi pada Juli atau Agustus 2025. “Nusakambangan akan menjadi proyek percontohan. Ke depan, kami ingin setiap provinsi memiliki BLK khusus untuk warga binaan,” tambahnya.
Hadirkan Program Padat Karya?
Yayasan Bina Warga Indonesia sendiri mengusung lima misi utama: membekali warga binaan dengan keterampilan dan sertifikasi kerja, membuka lapangan kerja padat karya di dalam lapas, menyediakan peluang penghasilan bagi keluarga narapidana, mendukung proses reintegrasi melalui kewirausahaan, serta menjadi mitra pemerintah dan pelaku CSR dalam menanggulangi kemiskinan dan mencegah residivisme.
Kerja sama ini diharapkan menjadi langkah awal menuju sistem pemasyarakatan yang lebih manusiawi, berorientasi pada pemulihan sosial, dan produktif secara ekonomi. Dengan kolaborasi multipihak seperti ini, narapidana diberi ruang untuk membangun masa depan yang lebih cerah, bukan sekadar menjalani hukuman. (Cah/P-3)