Asrama Sekolah Rakyat di Kabupaten Bandung Barat.(MI/DEPI GUNAWAN)
EMPAT siswa Sekolah Rakyat (SR) jenjang SMP di Kabupaten Bandung Barat mengundurkan diri. Alasannya, karena mereka belum siap menjalani pola hidup disiplin yang diterapkan.
Keempat siswa diketahui keluar sekitar sebulan lalu dari program pendidikan berbasis kedisiplinan sosial yang digagas Presiden Prabowo Subianto tersebut.
Kepala Dinas Sosial Bandung Barat, Idad Saadudin mengatakan, sebelumnya keempat siswa dan orangtuanya sudah diberikan pembinaan dan pencerahan agar mereka tidak mengundurkan diri.
"Benar ada empat siswa yang mengundurkan diri bulan lalu. Kami telah maksimal memberi pencerahan kepada yang bersangkutan dan orangtuanya, tapi tetap memilih mundur," terangnya, Rabu (22/10).
Ia menuturkan, alasan mereka mengundurkan diri umumnya karena belum siap disiplin seperti bangun subuh, mandi, dan sekolah. Bahkan ada alasan karena selalu ingat ke rumah atau homesick.
"Mereka belum siap mengikuti rutinitas harian yang ketat," bebernya.
Menurut Idad, kejadian ini menjadi bahan evaluasi bagi penyelenggara program Sekolah Rakyat untuk memperkuat proses sosialisasi dan seleksi siswa. Hal tersebut diharapkan dapat meminimalkan kasus serupa di masa mendatang.
"Karena itu, kami akan terus meningkatkan sosialisasi, kemampuan petugas saat rekrutmen, serta kesiapan wali asuh dan wali asrama menghadapi anak yang mentalnya belum siap. Orangtua juga perlu mendukung anak agar bisa menyesuaikan diri dengan kedisiplinan yang diterapkan," katanya.
Kuota terpenuhi
Meski ada siswa yang keluar, Idad memastikan kuota program tetap terpenuhi. Keempat siswa yang mundur telah digantikan oleh peserta cadangan yang berasal dari keluarga miskin dan tercatat dalam Data Terpadu Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).
"Para siswa yang keluar langsung diganti oleh peserta cadangan dengan kategori miskin dan tercatat di DTSEN. Jadi kuota tetap terpenuhi," jelasnya.
Saat ini, total 200 siswa terdaftar di program Sekolah Rakyat Bandung Barat, terdiri dari 100 siswa jenjang SMP dan 100 siswa jenjang SMA. Para peserta lolos seleksi berdasarkan kategori miskin ekstrem sesuai data DTSEN.
Adapun lokasi pembelajaran jenjang SMA dipusatkan di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Lembang. Sementara jenjang SMP menempati Gedung Sentra Wyata Guna Bandung yang berada di dekat SMAN 1 Cisarua.


















































