
BANYAK penyakit akibat kerja saat ini tetapi belum dilaporkan. Karenanya, RS Umum Pekerja diharapkan menjadi menjalankan pelayanan yang cepat, inklusif, dan profesional. Ini bukan sekadar fasilitas kesehatan, tetapi bagian dari ekosistem produktivitas nasional.
"Hal ini penting mengingat penyakit akibat kerja saat ini banyak terjadi tetapi belum dilaporkan. Data dari BPJS Kesehatan menunjukkan bahwa dari 2014-2024 ada potensi penyakit akibat kerja sebanyak 12,6 juta kasus yang menelan biaya Rp7,2 triliun. Oleh karena itu, kehadiran RSU Pekerja hadir untuk membersamai pelayanan para pekerja khususnya di Jakarta Utara dan Jakarta Timur," tegas Direktur RSU Pekerja dr. Iswanto, MKM, dalam keterangannya, Jumat (27/6).
Ia menyoroti pentingnya efisiensi manajerial, pemanfaatan teknologi informasi kesehatan, serta pendekatan yang lebih humanis dan responsif terhadap kebutuhan pasien pekerja. Ia juga menyebut perlu memperkuat kolaborasi lintas sektor.
Ia mendorong kemitraan dengan perusahaan, serikat pekerja, dan BPJS Kesehatan agar tercipta sistem rujukan dan pembiayaan yang transparan, adil, dan berkelanjutan. Rumah sakit tipe C yang terletak di kawasan industri strategis Jabodetabek itu memiliki peran vital dalam pelayanan kesehatan peserta BPJS Kesehatan, khususnya kalangan buruh dan pekerja formal.
Pria asal Buton Utara yang pernah memimpin HMI Cabang Makassar Timur itu merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Ia tercatat sebagai dokter fungsional di Klinik Hadi Medika Centre (2017-2021) sekaligus menjalani praktik di Klinik Merial Health (2019-2022). Ia baru dilantik untuk memimpin rumah sakit itu pada Kamis (26/6). (I-2)