
ACARA Great Bandung kembali hadir dengan Bazar Bayar Pakai Sampah. Kegiatan yang memasuki tahun keempat ini menjadi ajang kolaborasi antara masyarakat, komunitas dan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung untuk membangun kesadaran pengelolaan sampah secara kreatif digelar di halaman Balai Kota Bandung pada Sabtu (18/10).
Ketua Great Bandung, Kiki Wirianti Sugata, menyatakan, kegiatan ini mengusung konsep unik warga dapat membeli berbagai kebutuhan dengan menukarkan sampah yang telah dipilah. Sampah yang dibawa dikategorikan menjadi beberapa jenis, seperti kaca, logam, plastik dan kertas, totalnya mencapai sekitar 70 kategori.
"Setelah ditimbang, nilai sampah tersebut dikonversi menjadi voucher belanja, yang dapat digunakan untuk membeli berbagai produk di lokasi acara. Khusus hari ini, setiap voucher diberi bonus tambahan 50%, sehingga warga bisa belanja lebih banyak dengan semangat gembira,” terangnya.
Menurut Kiki, beragam produk tersedia di bazar, mulai dari sembako hasil kerja sama dengan sejumlah ritel seperti Yogya dan Griya, beras, gula, dan minyak goreng, hingga pakaian, tas dan sepatu dengan harga terjangkau mulai dari Rp2.000. Selain itu, tiap kecamatan di Kota Bandung juga menghadirkan stand UMKM yang menampilkan produk kreatif dan kuliner lokal.
“Kami ingin agar kegiatan ini bukan hanya soal belanja murah, tapi juga wadah untuk mengangkat kreativitas warga dan memperluas pasar produk UMKM Bandung,” tuturnya.
Selain bazar, lanjut Kiki, pengunjung juga disediakan pemeriksaan kesehatan gratis, termasuk tes gula darah, kolesterol dan asam urat, serta layanan kacamata gratis bagi warga yang membutuhkan. Kuota yang semula disiapkan untuk 1.000 orang bahkan tembus hingga 1.300 peserta. Kegiatan ini turut dimeriahkan oleh lomba daur ulang sampah dan pertunjukan seni budaya, mulai dari marching band, angklung, tari tradisional, hingga line dance.
Kepala Bagian Umum Setda Kota Bandung, Syukur Sabar, mengapresiasi semangat kolaborasi yang terbangun dalam kegiatan tersebut. Gerakan seperti ini menunjukkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Ketika pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha bergandeng tangan, maka upaya menjaga kebersihan dan kelestarian kota akan lebih efektif.
"Konsep bayar pakai sampah sejalan dengan program Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan) yang terus digencarkan pemkot. Program ini juga mendorong perubahan perilaku warga dalam mengelola sampah sejak dari rumah tangga," sambungnya.
Syukur menambahkan, Pemkot Bandung kini telah membangun TPS 3R dan bank sampah di berbagai wilayah serta merekrut ribuan pendamping pemilahan sampah yang membantu edukasi warga. Langkah ini diperkuat dengan Program Prakarsa Kewilayahan, yang melibatkan RT, RW dan kelurahan dalam pemetaan serta penanganan masalah lingkungan.
“Jika setiap keluarga mau memulai gerakan memilah dan mengurangi sampah dari rumah, insyaallah Bandung bisa terbebas dari persoalan sampah. Bahkan, sampah bisa menjadi sumber pendapatan tambahan bagi warga,” jelasnya.
Syukur menyebut, semangat yang dibawa Great Bandung 2025 selaras dengan visi Bandung Utama (Unggul, Terbuka, Amanah, Maju dan Agamis), salah satunya terkait kepedulian terhadap lingkungan yang menjadi bagian dari tanggung jawab moral dan spiritual warga kota.
“Menjaga alam adalah bagian dari ibadah dan rasa syukur kita kepada Tuhan. Dari hal-hal kecil seperti memilah sampah, dampaknya bisa sangat besar bagi masa depan kota,” pungkasnya.(M-2)