Bahasa Portugis di Sekolah, Pengamat: Itu Hanya Simbol Hubungan Bilateral

4 hours ago 1
 Itu Hanya Simbol Hubungan Bilateral Ilustrasi.(Dok.MI)

PENGAMAT pendidikan sekaligus CEO Jurusanku, Ina Liem mengatakan bahwa pernyataan Presiden Prabowo bahwa bahasa Portugis akan diajarkan di Indonesia hanya menjadi simbol hubungan bilateral.

“Menurut saya, pernyataan itu lebih sebagai simbol hubungan bilateral, bukan sesuatu yang perlu ditindaklanjuti secara mentah-mentah di kurikulum,” ungkapnya,  Minggu (26/10). 

Menurut dia, akan lebih baik jika siswa punya banyak pilihan kegiatan ekstrakurikuler bahasa asing, agar terbuka wawasannya terhadap dunia. Namun, sambung dia, bukan berarti setiap ada tren baru, harus otomatis jadi mata pelajaran wajib.

“Justru kalau setiap isu baru selalu direspons dengan menambah mata pelajaran, itu tanda kita masih terjebak pola pikir content-based dan linier. Padahal semangat Kurikulum Merdeka justru project-based dan interdisipliner, bukan menambah isi, tapi mengaitkan pengetahuan lintas bidang dan melatih siswa berpikir kritis lewat proyek yang bermakna,” tegas Ina Liem. 

Kepala Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Obing Katubi, mengatakan terdapat beberapa pertimbangan menjadikan bahasa Portugis sebagai bahasa yang diajarkan di sekolah.

“Pertama, banyak orang menyangka bahwa bahasa Portugis itu hanya digunakan di Portugal dan Brasil. Faktanya, bahasa Portugis adalah bahasa resmi di sepuluh negara, termasuk di beberapa negara Afrika. Banyak yang memperkirakan bahwa penggunaan bahasa Portugis di Afrika akan menjadi sangat masif karena melihat kecenderungan  perkembangan bahasa Portugis  terkini di Afrika, seperti di Angola, Mozambik, Tanjung Verde, Sao Tome dan Principe, Guinea-Bissau, dan Guinea Khatulistiwa,” ujar Obing. 

Obing menilai bahwa ini menjadi peluang bagi Indonesia yang ingin mengembangkan hubungan bilateral/multilateral dengan banyak negara berbahasa Portugis, terutama di Afrika. Apalagi, negara-negara di Afrika sebenarnya sangat potensial bagi Indonesia untuk dijadikan pangsa pasar produk-produk Indonesa dan segala hubungan politik lainnya, yang menguntungkan Indonesia pada masa depan. 
 
Selain itu, ia berujar bahwa penutur bahasa Portugis sangat banyak. Data menunjukkan bahwa penutur bahasa Portugis sekitar 260 juta orang dan menjadi bahasa kedelapan yang paling banyak digunakan di dunia. Ini bahkan melebihi bahasa Prancis yang juga menjadi bahasa internasional. 
 

“Alasan lainnya, ‘ceruk’ pengguna bahasa Portugis sebenarnya bukan di Eropa, tetapi di Amerika Selatan. Ketika ‘hubungan politik’ dengan Amerika Serikat sekarang tidak baik-baik saja, mencoba mengalihkan hubungan politik ke negara dengan pengguna bahasa Portugal di Amerika Selatan, yaitu Brasil, bisa dianggap sebagai langkah strategis,” tegas Obing.  (H-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |