
AMERIKA Serikat memperkirakan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina, akan meningkat dalam waktu dekat. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dalam sidang Komite Alokasi Senat pada Selasa (20/5), saat membahas anggaran Departemen Luar Negeri untuk tahun fiskal 2026.
Rubio mengungkapkan pemerintah AS terus berkoordinasi dengan pihak Israel guna mendesak dilanjutkannya pengiriman bantuan ke wilayah Gaza yang telah terkepung selama hampir tiga bulan.
"Kami mengantisipasi bahwa arus tersebut akan meningkat dalam beberapa hari dan minggu mendatang," ujar Rubio seperti dilansir Anadolu, Rabu (21/5).
"Penting untuk mencapainya," tambahnya.
Meski begitu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tetap memperingatkan situasi kemanusiaan di wilayah tersebut masih berada pada tingkat kritis.
Menurut Rubio, dirinya telah berdiskusi dengan Cindy McCain, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) PBB, saat berada di Roma pekan lalu.
Rubio menjelaskan bahwa McCain memaparkan secara rinci rencana distribusi makanan jika operasi bantuan kembali dimulai di Gaza.
Pernyataan ini disampaikannya setelah Kantor Urusan Kemanusiaan PBB mengonfirmasi bahwa Israel telah menyetujui masuknya sekitar 100 truk bantuan ke Gaza pada hari Selasa (20/5) meningkat dari sembilan truk yang masuk sehari sebelumnya.
Tekanan internasional terhadap Israel
Meski demikian, jumlah tersebut masih sangat jauh dari kebutuhan nyata penduduk Gaza yang menurut lembaga bantuan internasional menghadapi kondisi mendekati kelaparan.
Menurut otoritas Israel, total 93 truk yang masuk membawa bahan bantuan seperti tepung, makanan bayi, obat-obatan, dan perlengkapan medis.
Namun, juru bicara PBB Stephane Dujarric menyebut bahwa tim kemanusiaan mereka harus menunggu berjam-jam untuk mendapatkan izin akses dan akhirnya tidak dapat mengangkut pasokan tersebut ke gudang penyimpanan.
Israel sendiri baru menyetujui pencabutan blokade bantuan pada hari Minggu, setelah tekanan internasional meningkat tajam.
Inggris menyatakan akan menangguhkan pembicaraan dagang, dengan Perdana Menteri Keir Starmer menyebut tindakan militer Israel sebagai sesuatu yang secara moral tidak dapat dibenarkan dan menyebut situasi di Gaza sebagai tidak tertahankan.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, juga menyampaikan bahwa blok Eropa akan mempertimbangkan ulang perjanjian dagangnya dengan Israel.
Dujarric menjelaskan bahwa prosedur distribusi menjadi rumit karena Israel mengharuskan PBB untuk menurunkan bantuan di sisi Palestina dari perbatasan Kerem Shalom dan memuat ulang pasokan secara terpisah setelah tim PBB mendapatkan akses dari dalam Gaza.
Meski menyambut masuknya truk bantuan, ia menggambarkannya sebagai kondisi setetes air di lautan dari apa yang dibutuhkan.
Lembaga-lembaga PBB menilai bahwa sekitar 600 truk bantuan per hari dibutuhkan untuk mulai mengatasi krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza.
Data kematian anak akibat malnutrisi
Kepala Kemanusiaan PBB, Tom Fletcher memperingatkan bahwa ribuan bayi berisiko meninggal jika bantuan tidak segera dikirim.
“Ada 14.000 bayi yang akan meninggal dalam 48 jam ke depan kecuali kami bisa menjangkau mereka,” sebutnya.
Ketika diminta klarifikasi, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UNOCHA) menyatakan bahwa angka tersebut mengacu pada laporan IPC (Integrated Food Security Phase Classification) yang mencatat 14.100 kasus malnutrisi akut parah pada anak-anak usia 6–59 bulan di Gaza, untuk periode April 2025 hingga Maret 2026.
Juru bicara UNOCHA, Jens Laerke, menyebut pihaknya tahu secara pasti bahwa ada bayi-bayi yang sangat membutuhkan suplemen penyelamat nyawa karena ibu mereka tidak mampu menyusui atau memberikan makanan yang cukup.
"Jika mereka tidak mendapatkannya, mereka berada dalam bahaya kematian," ujarnya.
Sementara itu, data dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas melaporkan bahwa 57 anak telah meninggal akibat malnutrisi selama 11 minggu terakhir. (Fer/I-1)