ilustrasi - Dampak perang dagang AS dan Tiongkok mencakup ketegangan ekonomi global, gangguan rantai pasok, dan dampak negatif pada berbagai sektor industri seperti elektronik dan tekstil.(dailyobserver)
TIONGKOK dan Amerika Serikat memulai putaran perundingan dagang terbaru mereka di Malaysia pada Sabtu (25/10), menurut juru bicara Departemen Keuangan AS dan media pemerintah Beijing. Perundingan itu menjelang pertemuan yang sangat dinantikan antara pemimpin kedua negara di Korea Selatan minggu depan.
Kementerian Perdagangan Beijing sebelumnya mengatakan Wakil Perdana Menteri He Lifeng akan memimpin delegasi ke Malaysia hingga Senin (27/10) untuk berunding dengan AS.
Wartawan AFP pada Sabtu melihat He Lifeng dan rombongannya memasuki Merdeka 118 — gedung tertinggi kedua di dunia — tempat perundingan berlangsung.
Mereka melewati lobi dan tidak berbicara kepada wartawan.
Delegasi AS menggunakan pintu masuk terpisah.
Staf gedung mengatakan kepada AFP bahwa para delegasi bertemu di lantai 92.
Dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini berusaha menghindari eskalasi perang tarif yang saling merugikan, dengan Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan Kamis depan.
Trump telah menegaskan harapannya untuk mencapai kesepakatan ‘baik’ dengan Tiongkok dan mengakhiri perang dagang, meskipun sebelumnya ia mengancam akan membatalkan pertemuan tersebut, yang akan berlangsung di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), yang dimulai pada 31 Oktober.
Seorang juru bicara Departemen Keuangan AS mengatakan pada Sabtu bahwa perundingan di Kuala Lumpur telah dimulai.
Kantor berita resmi Tiongkok, Xinhua, juga melaporkan bahwa delegasi Tiongkok dan AS telah bertemu.
Bulan ini, Beijing mengumumkan kontrol menyeluruh terhadap industri tanah jarang yang penting, yang mendorong Trump untuk mengancam tarif 100% atas impor dari Tiongkok sebagai balasan.
Kedua negara juga mulai mengenakan biaya kedatangan pada kapal masing-masing, yang dipicu oleh investigasi ‘Section 301’ AS yang menemukan dominasi Beijing dalam industri tersebut tidak masuk akal. (B-3)


















































