
PETENIS nomor satu dunia Aryna Sabalenka menegaskan tidak tertarik dengan wacana penerapan format lima set di pertandingan Grand Slam tenis putri, seperti yang sudah lama berlaku di sektor putra.
Sabalenka menyebutkan perubahan tersebut berisiko tinggi terhadap kesehatan dan kebugaran pemain.
"Secara fisik, mungkin saya salah satu yang terkuat, jadi seharusnya ini bisa menguntungkan saya. Tapi saya rasa, saya belum siap untuk bermain lima set," ujar Sabalenka dikutip dari ESPN.
"Saya pikir itu terlalu berat untuk tubuh perempuan. Saya rasa kami belum siap dengan beban pertandingan sebanyak itu. Risikonya justru bisa meningkatkan jumlah cedera. Jadi saya rasa ini bukan sesuatu yang saya pertimbangkan," tambahnya.
Sejauh ini, tenis putri memang konsisten menggunakan format best-of-three (tiga set) di semua level turnamen, termasuk Grand Slam. Sementara sektor putra, khusus di Grand Slam, bermain dengan format best-of-five (lima set).
Meski belum ada desakan besar dari komunitas tenis untuk mengubah aturan tersebut, topik ini kerap mencuat dalam diskusi, terutama saat membahas kesetaraan di tenis profesional.
Sabalenka ditanya pendapatnya terkait final Prancis Terbuka putra bulan lalu, ketika Carlos Alcaraz mengalahkan Jannik Sinner dalam lima set yang berlangsung selama lima setengah jam.
"Bagi penonton, pastinya menyenangkan menyaksikan lima jam pertandingan hebat," kata Sabalenka. "Tapi sebagai pemain, saya tidak iri sama sekali. Saya tak tahu berapa lama waktu yang mereka butuhkan untuk pulih setelah pertandingan seberat itu."
Pernyataan senada juga dilontarkan petenis peringkat dua dunia, Coco Gauff, beberapa hari sebelumnya.
"Secara fisik mungkin menguntungkan saya, tapi saya rasa perubahan ini akan terlalu besar bagi tur tenis putri. Menurut saya, lebih baik tetap seperti sekarang," kata Gauff.
Pada laga pembukanya di Wimbledon, Sabalenka hanya membutuhkan waktu 73 menit untuk menang 6-1, 7-5 atas Branstine, petenis Kanada yang kini berada di peringkat 194 dunia. (Z-1)