Arya Saloka dan Putri Anne Resmi Cerai, Saran Pakar untuk Atasi Konflik Rumah Tangga

1 day ago 3
Arya Saloka dan Putri Anne Resmi Cerai, Saran Pakar untuk Atasi Konflik Rumah Tangga Putri Anne dan Arya Saloka telah diputus bercerai oleh Hakim Pengadilan Jakarta Selatan, Rabu (28/5).(Dok Instagram @anneofficial1990 dan @arya.saloka)

AKTOR Arya Saloka dan Putri Anne resmi bercerai secara verstek oleh hakim Pengadilan Agama (PA) Jakarta Selatan, Rabu (28/5). Verstek merupakan proses tanpa kehadiran pihak tergugat yang telah dipanggil secara sah tetapi tidak hadir di persidangan. Putusan resmi cerai secara verstek itu  disampaikan melalui e-court.

Penyebab utama perceraian Arya Saloka dan Putri Anne bukan karena adanya keterlibatan pihak ketiga, tetapi karena masalah internal yang terjadi terus-menerus.  Hal itu disebutkan Noverizky Tri Putra selaku kuasa hukum Arya Saloka.

Terlepas dari hal tersebut, mengapa perselisihan dan pertengkaran yang dibiarkan terus menerus terjadi di dalam rumah tangga bisa memicu perceraian? Dilansir dari berbagai sumber, terdapat tiga penyebab utama perceraian di Indonesia yaitu perselisihan yang terus- menerus, masalah ekonomi, dan ditinggal oleh salah satu pihak. Sepanjang 2024, terdapat 251.125 perkara cerai yang disebabkan oleh pertengkaran yang tidak kunjung usai.

Cara Menyelesaikan Konflik di Rumah Tangga

Mantan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo mengungkapan bahwa konflik yang terjadi di dalam rumah tangga harus diselesaikan dengan perasaan, bukan hanya memakai logika saja.

"Konflik di dalam rumah tangga, kalau kita selesaikan hanya dengan logika itu berat, hasilnya pasti kacau, tetapi juga harus diselesaikan dengan perasaan," kata Hasto dalam diskusi kelas orangtua bersahaja (bersahabat dengan remaja), beberapa waktu lalu, seperti dilansir dari situs Antara.

Selain itu, Hasto menanggapi fenomena anak-anak yang menjadi broken home karena orangtua yang bercerai akibat permasalahan yang tidak bisa dibicarakan dengan perasaan. Ia mengingatkan bahwa meski dari luar tampak biasa saja, bisa saja kondisi mental anak korban perceraian sangat memprihatinkan.

"Di antara keluarga yang bercerai ini ternyata anak-anaknya membentuk grup b-home atau broken home yang orangtuanya tidak tahu. Mereka membagi perasaan satu sama lain di antara mereka, meski terlihat diam, tetapi (kondisi mental) mereka cukup memprihatinkan," jelasnya. Selain itu, sebagian besar orangtua yang bercerai dimulai dari kurang mampunya mereka dalam mengomunikasikan dan menyelesaikan permasalahan yang kecil. (M-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |