
TAYLOR Swift akhirnya resmi menjadi pemegang hak atas rekaman master enam albumnya, setelah membelinya kembali dari Shamrock Capital.
Pada 2019, label rekaman pertamanya, Big Machine, menjual master enam album Swift ke eksekutif musik Scooter Braun. Braun kemudian melepasnya ke firma ekuitas swasta Shamrock Capital dengan nilai US$300 juta pada 2020.
Untuk mendapatkan kembali kendali atas katalog albumnya dan menurunkan nilai investasi Braun, Swift memulai proyek rekaman ulang enam albumnya.
Setiap rilisan baru diberi label “(Taylor’s Version)” dan disertai lagu-lagu From the Vault—materi yang ditulis pada masa album asli namun belum pernah dirilis.
Periode 2021 hingga 2023 menandai rilis ulang beberapa albumnya: Fearless (2008), Red (2012), Speak Now (2010), dan 1989 (2014). Sebagai penulis utama, Swift memiliki hak untuk merekam ulang lagu-lagu tersebut dan membatasi pemanfaatan versi asli.
Beberapa versi baru bahkan digunakan dalam film dan serial TV. Misalnya, Look What You Made Me Do dari Reputation (Taylor’s Version)—yang belum dirilis—muncul di serial The Handmaid’s Tale.
Kini hanya dua album yang belum dirilis ulang: Reputation dan debut self-titled Taylor Swift (2006). Para Swifties telah lama berspekulasi tentang tanggal rilis keduanya, mengandalkan warna pakaian dan “kode” di media sosial Swift untuk mencari petunjuk.
Namun dengan kembalinya kendali penuh atas rekaman master, pertanyaan pun muncul: masih perlukah proyek rekaman ulang Taylor’s Version dilanjutkan?