Anggota Parlemen Desak Pembebasan Remaja AS-Palestina yang Ditahan Israel

3 hours ago 3
Anggota Parlemen Desak Pembebasan Remaja AS-Palestina yang Ditahan Israel Pemukim ilegal Israel di Tepi Barat Palestina.(Al Jazeera)

SEKELOMPOK anggota parlemen Amerika Serikat (AS) mendesak pemerintahan Presiden Donald Trump untuk segera mengamankan pembebasan Mohammed Ibrahim, seorang remaja Amerika keturunan Palestina berusia 16 tahun yang ditahan di pusat penahanan Israel selama delapan bulan terakhir.

Dalam surat yang ditujukan kepada Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Duta Besar AS untuk Israel Mike Huckabee, sebanyak 27 anggota Kongres meminta Washington menekan Israel agar membebaskan Mohammed. Surat itu menyoroti laporan penyiksaan serta kondisi kesehatan remaja tersebut yang semakin memburuk.

"Seperti yang berulang kali kami sampaikan, Departemen Luar Negeri tidak memiliki prioritas yang lebih tinggi daripada keselamatan dan keamanan warga negara AS di luar negeri," tulis para anggota parlemen seperti dikutip Al Jazeera, Jumat (24/10).

"Kami mendesak Anda untuk memenuhi tanggung jawab ini dengan melibatkan pemerintah Israel secara langsung untuk mengamankan pembebasan segera anak laki-laki AS ini," tambahnya.

Kondisi Penahanan yang Memburuk

Keluarga Mohammed menerima kabar dari staf kedutaan AS dan mantan tahanan yang menggambarkan penurunan berat badan, kesehatan yang menurun, serta ada tanda-tanda penyiksaan. Sidang pengadilan remaja tersebut juga terus ditunda tanpa kepastian hukum.

Menurut kelompok hak asasi manusia Defense for Children International, Palestine (DCIP), Mohammed mengaku dipukuli dengan popor senapan dan ditahan di sel dingin dengan makanan yang tidak memadai. Ia disebut kehilangan berat badan secara signifikan sejak penangkapannya pada Februari lalu.

Otoritas Israel menuduh Mohammed, yang saat itu berusia 15 tahun, melempar batu ke arah pemukim Israel di Tepi Barat. Ia membantah tuduhan tersebut dan para anggota parlemen AS menegaskan bahwa tidak ada bukti publik yang mendukung klaim tersebut.

Kritik terhadap Sikap Washington

Kasus Mohammed dianggap mencerminkan kurangnya perhatian pemerintah AS terhadap warga Palestina berkewarganegaraan Amerika yang menghadapi kekerasan di wilayah pendudukan.

"Kontrasnya telah diperjelas, Pemerintah AS sama sekali tidak peduli dengan warga Palestina berkewarganegaraan AS yang dibunuh atau ditahan secara tidak adil oleh Israel," kata Yousef Munayyer kepala program Palestina/Israel di Arab Center Washington DC.

Dia menilai Washington cepat bertindak untuk warga Amerika-Israel, tetapi lambat dalam melindungi warga Amerika-Palestina yang menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia.

Kekerasan dan Impunitas di Tepi Barat

Selama Mohammed ditahan, sepupunya Sayfollah Musallet, 20, dipukuli hingga tewas oleh pemukim Israel di Tepi Barat. Duta Besar Huckabee sempat meminta Israel untuk menyelidiki insiden tersebut, namun belum ada pelaku yang ditangkap.

Keluarga Musallet kemudian meminta pemerintahan Trump meluncurkan penyelidikan independen atas kematian tersebut. 

"Dalam banyak kasus di mana warga Amerika Palestina terbunuh, pemerintah tidak melakukan apa pun. Hal ini tidak hanya terjadi pada pemerintahan Trump," kata Munayyer.

Tanggapan Organisasi Hak Sipil

Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengecam penahanan Mohammed dan mendesak tindakan nyata dari pemerintah AS.

"Pelecehan dan pemenjaraan seorang remaja Amerika oleh kekuatan asing mana pun harus ditanggapi dengan kemarahan dan tindakan tegas," tulis CAIR dalam pernyataannya.

CAIR juga menegaskan bahwa pemerintahan Trump harus menepati janjinya untuk mengutamakan keselamatan warga Amerika. 

"Remaja berusia 16 tahun dari Florida ini seharusnya berada di rumah, aman bersama keluarganya, bukan di penjara militer Israel yang terkenal karena pelanggaran hak asasi manusia," pungkasnya. (I-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |