Presiden AS Donald Trump(instagram/@realdonaldtrump)
SERUAN Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar Washington melanjutkan uji coba senjata nuklir untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga dekade mendapat perhatian serius dari Moskow, Rusia. Kremlin memperingatkan akan bertindak sesuai jika moratorium uji coba era Perang Dingin benar-benar dibatalkan.
Pernyataan itu disampaikan pada Kamis (31/10), menjelang pertemuan tingkat tinggi antara Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Asia. Dalam unggahan di platform Truth Social, Trump mengatakan telah menginstruksikan Pentagon untuk kembali melakukan pengujian senjata nuklir.
"Amerika Serikat memiliki lebih banyak senjata nuklir daripada negara lain mana pun. Rusia berada di posisi kedua, dan Tiongkok di posisi ketiga, tetapi akan seimbang dalam lima tahun. Karena negara-negara lain sedang menguji program, saya telah menginstruksikan Departemen Perang untuk mulai menguji senjata nuklir kami secara setara. Proses itu akan segera dimulai," tulis Trump.
Menanggapi pernyataan itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa Rusia belum melihat indikasi adanya uji coba senjata nuklir dari negara lain.
"Trump menyebutkan dalam pernyataannya bahwa negara-negara lain diduga sedang menguji senjata nuklir. Hingga saat ini, kami tidak mengetahui adanya uji coba apa pun," ujarnya, dikutip CNBC News, Jumat (31/10).
Peskov juga menegaskan bahwa jika uji coba Burevestnik yang dirujuk Trump, maka hal itu bukanlah uji coba nuklir.
"Semua negara sedang mengembangkan sistem pertahanan mereka, tetapi ini bukan uji coba nuklir," tambahnya.
Meski mengakui AS memiliki hak kedaulatan untuk mengambil keputusan sendiri tetapi mengingatkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin sudah berulang kali mengingatkannya.
"Jika seseorang meninggalkan moratorium, Rusia akan bertindak sesuai dengannya," sebutnya. Namun, Peskov tidak menjelaskan secara rinci langkah apa yang akan diambil Moskow. (H-4)


















































