5 Dampak Tersembunyi Pesan Makanan Online bagi Kesehatan

6 hours ago 1
5 Dampak Tersembunyi Pesan Makanan Online bagi Kesehatan Bahaya sering memesan makanan online.(Freepik)

Memesan makanan online kini jadi gaya hidup baru masyarakat urban. Hanya dengan satu sentuhan di layar ponsel, ayam geprek, kopi susu, hingga es krim favorit langsung meluncur ke depan pintu. Praktis, cepat, dan bikin hidup terasa mudah.
Namun di balik kenyamanan itu, ada ancaman tersembunyi: kebiasaan pesan makanan online bisa merusak kesehatan tanpa disadari.

1. Risiko “Kenyamanan Instan”: Kalori Berlebih dan Pola Makan Rusak

Penelitian Amerta Nutrition di Jabodetabek menemukan bahwa mahasiswa yang sering menggunakan aplikasi pesan antar cenderung memilih makanan tinggi lemak dan gula, seperti ayam goreng, kopi manis, atau baso aci.

Konsumsi jenis makanan ini secara rutin berkorelasi dengan kenaikan berat badan signifikan dan risiko obesitas dini.

Lebih parahnya lagi, menurut Gleneagles, kebiasaan makan sambil bekerja atau menonton membuat otak gagal mengenali rasa kenyang. Akibatnya, kalori menumpuk tanpa kontrol.

2. Jarang Masak, Makin Rentan Penyakit

Data dari KlikDokter menunjukkan bahwa kemudahan pesan makanan online membuat banyak orang berhenti memasak di rumah.

Padahal, memasak sendiri memungkinkan kita mengatur kadar garam, minyak, dan bahan tambahan. Sebaliknya, makanan siap antar biasanya mengandung penyedap, pengawet, dan garam tinggi untuk menjaga rasa dan daya tahan.

Konsumsi jangka panjangnya bisa memicu diabetes tipe 2, hipertensi, dan gangguan metabolisme.

3. Pola Makan Tak Teratur dan “Mager” Jadi Kebiasaan Baru

Riset Mitra Medika menunjukkan bahwa orang yang sering memesan makanan online cenderung memiliki pola makan tidak menentu — tergantung promosi atau rasa lapar sesaat.

Selain menurunkan kualitas gizi, kebiasaan ini juga menyebabkan gangguan pencernaan, seperti asam lambung dan sembelit.

Dari sisi aktivitas, gaya hidup ini membuat tubuh makin pasif. Aktivitas sederhana seperti berjalan ke warung atau menyiapkan bahan masakan tergantikan dengan duduk menunggu kurir.

Fenomena ini berkontribusi besar pada lonjakan kasus obesitas di kalangan muda perkotaan.

4. Iklan dan Diskon: Perangkap Psikologis di Dunia Digital

Menurut The Conversation, industri makanan online kini semakin agresif memanfaatkan strategi pemasaran berbasis impuls.
Diskon, voucher, dan iklan bertubi-tubi mendorong orang membeli tanpa rasa lapar — keputusan makan pun diambil bukan karena kebutuhan tubuh, tapi karena “takut ketinggalan promo”.

5. Bijak Gunakan Teknologi, Sehat Tetap Bisa

Memesan makanan online tidak selalu buruk, asalkan digunakan dengan bijak.
Tips sehatnya:

  • Pilih menu tinggi serat dan protein, seperti salad, sup, atau lauk panggang tanpa lemak berlebih.
  • Batasi minuman manis dan makanan bersantan.

Jadikan pesan makanan hanya untuk kondisi mendesak, bukan kebiasaan harian.

Teknologi bisa jadi sahabat atau musuh, tergantung siapa yang mengendalikan. Jadi, sebelum klik “Pesan Sekarang”, pikirkan juga efek jangka panjangnya pada tubuhmu. (KlikDokter, Mitra Medika, The Conversation, Amerta Nutrition./Z-10)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |