TOKOH politik sekaligus mantan Ketua DPRD Buleleng, Dewa Nyoman Sukrawan, menyebut Buleleng kebobolan di rumahnya sendiri. Pasalnya, sebagai daerah yang dijuluki sebagai 'Kota Pendidikan' dan mencetak ribuan calon guru setiap tahunnya, nyatanya ditemukan ada 363 siswa SD kelas 5 dan 6 yang belum mampu membaca dan menulis.
Jumlah ini tersebar di berbagai sekolah di Buleleng, Bali. Dewa Sukrawan menduga ada beberapa faktor yang menyebabkan kasus ini terjadi. Pertama, di era saat ini sekolah jarang melatih siswanya untuk menulis. Kedua, sekolah terkesan membiarkan peserta didik yang tidak mampu membaca dan menulis, dengan tetap meluluskannya ke tingkat selanjutnya.
"Ada sebuah pembiaraan antara sekolah di tingkat SD, SMP dan seterusnya. Mereka meluluskan semuanya anak-anaknya. Harusnya kalau memang tidak bisa calistung (membaca, menulis, dan menghitung) jangan diluluskan atau naik kelas. Harus belajar lagi, karena calistung itu pengetahuan dasar," jelasnya Kamis (17/4).
Sukrawan pun mendorong Bupati, DPRD hingga Disdikpora Buleleng untuk mengevaluasi sekolah agar tidak mudah meluluskan siswanya. Hal ini dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar, sehingga Buleleng mampu mencetak SDM berkualitas.
"Ini tiadak boleh terjadi. Kalau dibiarkan terus, Indonesia emas semakin jauh dari harapan. Bagaimana Buleleng mau maju, kalau sumber daya yang kita cetak empret-empretan begini. Jangan mimpi Buleleng bisa maju, kalau SDM-nya rendah begini. Ini tanggung jawab pemerintah, harus ada gebrakan untuk masyarakat dalam satu tahun ke depan," tegasnya.
Lalu bagaimana dengan kinerja guru? Sukrawan menyebut, negara sudah memberikan perhatian baik kepada guru lewat pemberian sertifikasi, tunjangan, hingga libur panjang. Untuk itu ia berharap guru lebih mematangkan kinerjanya, dan bertanggung jawab penuh dalam mendidik siswanya.
Mengingat orangtua, sebut Sukrawan, telah menyerahkan anak-anaknya ke sekolah untuk mengenyam pendidikan. Sementara orangtua bertugas memenuhi kewajiban seperti membayar iuran hingga membeli buku pelajaran.
"Belajar calistung itu tanggung jawab guru. Kalau orangtua yang mengajarkan, lebih baik jangan sekolah. Sudah di rumah saja belajarnya, kan begitu. Orangtua juga jangan sampai terlalu masuk di ranah pembelajaran dan ikut campur di dalamnya. Kalau disebut sekarang kurang guru, jaman kita dulu juga kekurangan guru. Tapi tidak ada yang tidak bisa baca tulis sampai di tingkat SMP karena tanggung jawab guru kepada anak didiknya tinggi," tegasnya. (OL/E-4)